Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kesetaraan Menjadi Isu Pertengkaran

12 November 2024   19:00 Diperbarui: 12 November 2024   19:51 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesetaraan dalam pemberian. (Sumber: https://catatanseorangofs.wordpress.com/tag/perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur/)

Pernahkah Anda bertemu dengan situasi di mana seseorang merasa kurang puas dengan apa yang mereka terima meskipun sudah cukup baik? Ada satu kisah yang menarik perhatian saya dan mungkin juga bermanfaat bagi para pembaca.

Awal Hari Dalam Kisah

Suatu hari, seorang tuan pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah menemukan beberapa pekerja, mereka sepakat untuk menerima upah satu dinar sehari. Namun, sebagai pemilik kebun anggur, tuan tersebut tidak puas dengan jumlah pekerja yang tersedia dan terus mencari orang lain yang butuh pekerjaan.

Sekitar pukul sembilan pagi, tuan tersebut menemukan orang-orang lain yang masih menganggur dan meminta mereka bergabung. Begitu juga pada waktu pukul dua belas siang, pukul tiga petang, dan hingga pukul lima petang, ia terus menambahkan lebih banyak pekerja untuk kebun anggurnya. Mereka pun sepakat untuk menerima upah satu dinar sehari.

Baca juga: Plus Minus Wacana Bebas SPP 2025

Akhir Hari dan Pembayaran Dalam Kisah

Saat malam mulai tiba, tuan menyuruh para pekerja berhenti bekerja dan memanggil mereka semua untuk menerima pembayaran. Dia berpesan kepada mandornya untuk membayar masing-masing pekerja satu dinar sesuai kesepakatan awal, mulai dari mereka yang datang terakhir hingga mereka yang datang terdahulu.

Para pekerja yang datang lebih awal pukul sembilan pagi sangat marah. Mereka mengira akan mendapatkan uang lebih banyak daripada orang-orang yang baru bergabung.

"Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam," kata salah satu pekerja tua,
"dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang seharian telah bekerja berat dan menanggung panas terik matahari."

Namun, tuan itu menjawab dengan sabar, "Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadapmu. Bukankah kita telah sepakat dengan upah satu dinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu."

Baca juga: Gas CO2, Tertinggi Sepanjang Sejarah Manusia

Merefleksikan Pesan Moral

Ketika merenungkan kisah di atas, saya menemukan beberapa aspek penting yang berkaitan dengan keadilan, kemurahan hati, dan sikap hati manusia.

Ilustrasi kesetaraan dalam pemberian. (Sumber: https://catatanseorangofs.wordpress.com/tag/perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur/)
Ilustrasi kesetaraan dalam pemberian. (Sumber: https://catatanseorangofs.wordpress.com/tag/perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur/)

Kesatu, soal kesetaraan dalam pemberian. Kisah ini menekankan bahwa semua pekerja, terlepas dari kapan mereka dipanggil untuk bekerja, menerima upah yang sama. Ini menunjukkan bahwa dalam konteks kemanusiaan di hadapan Sang Pencipta, berkat dan kesempatan menuju surga tidak ditentukan oleh lama atau kerasnya usaha seseorang, tetapi oleh kemurahan hati Sang Pencipta. Setiap orang memiliki nilai yang sama di hadapan-Nya.

Kedua, soal sikap iri hati. Ketika para pekerja yang datang lebih awal merasa iri terhadap pekerja yang datang belakangan tetapi menerima upah yang sama, tuan rumah mengingatkan mereka untuk tidak iri hati. Menurut saya, pesan ini sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari, di mana orang sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Iri hati dapat merusak hubungan dan menghalangi seseorang untuk bersyukur atas apa yang dimilikinya.

Ketiga, hak prerogatif Sang Pencipta. Tuan dalam kisah di atas melambangkan DIA yang memiliki hak penuh untuk memberikan berkat-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. DIA bebas menggunakan milik-Nya seperti yang DIA inginkan, termasuk menunjukkan kemurahan kepada siapa pun. Sang Pencipta berhak atas segala sesuatu dengan cara-Nya dalam memberikan berkat kepada umat-Nya yang tidak selalu bisa dipahami oleh manusia.

Keempat, panggilan untuk semua. Sang Pencipta memanggil semua orang untuk bekerja di kebun anggur-Nya tanpa memandang latar belakang atau waktu kedatangan mereka. Hal ini menunjukkan inklusivitas-Nya, di mana setiap orang, yang percaya sejak muda maupun yang baru datang di akhir hidupnya, memiliki kesempatan yang sama untuk menerima kebaikan-Nya.

Kelima, kesadaran akan kasih karunia. Saya merasa perlu untuk menyadari bahwa layak masuk ke kediaman-Nya adalah anugerah, bukan hasil dari usaha manusia. Pekerja-pekerja dalam perumpamaan itu tidak mendapatkan upah berdasarkan seberapa keras mereka bekerja, tetapi karena kemurahan hati tuan mereka.

Keenam, sikap hati yang benar. Akhir dari kisah ini menekankan pentingnya memiliki sikap rendah hati dan bersyukur atas apa yang diterima daripada merasa lebih baik atau lebih berhak dibandingkan dengan orang lain. Dengan memahami pesan-pesan ini, rasanya penting untuk belajar hidup dengan lebih bijaksana dan penuh kasih sayang, menghargai setiap individu sebagai ciptaan Allah yang berharga, menghindari sikap iri hati, dan kesombongan dalam hidup sehari-hari.

Refleksi Pribadi

Sebagai pribadi, saya menuliskan refleksi ini agar saya dapat mengingatnya setiap hari sebagai bahan permenungan.

"Bagaimana sikap saya terhadap orang lain yang mungkin mendapatkan keberuntungan atau kesempatan yang sama dengan saya?"

Pertanyaan di atas akan sangat membantu saya untuk menginternalisasi pesan dalam kisah di atas dan menerapkannya dalam tindakan sehari-hari. Harapannya, tentu ada upaya nyata untuk menerapkan pesan tersebut dalam kehidupan saya sehari-hari.

Ilustrasi kesetaraan. (Sumber: https://catatanseorangofs.wordpress.com/tag/perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur/)
Ilustrasi kesetaraan. (Sumber: https://catatanseorangofs.wordpress.com/tag/perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur/)
Sikap yang dapat dilakukan antara lain: 1) menghargai setiap individu, menghargai kontribusi semua orang di lingkungan kerja atau komunitas tanpa membandingkan dengan diri sendiri, 2) menanggapi iri hati, ketika melihat orang lain sukses, 3) berlatih untuk bersyukur atas apa yang saya miliki dan merayakan keberhasilan mereka, 4) mendorong inklusi, yaitu membuka kesempatan bagi siapa saja untuk berkontribusi tanpa memandang latar belakang atau waktu kedatangan mereka, 5) berdiskusi dengan teman, rekan sejawat, atau sahabat untuk mendapatkan perspektif berbeda, dan membuka wawasan baru agar dapat melihat cara orang lain menerapkan pelajaran dari kisah di atas dalam kehidupan mereka.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun