Beberapa siswa saya mengeluhkan kesulitannya ketika diminta untuk bercerita tentang bahan belajarnya. Meskipun bahan yang akan diceritakannya sudah diringkas sedemikan rupa, ia tetap tampak kesulitan ketika harus tampil di depan kelas.
Berbeda dengan beberapa temannya yang lain. Sebagian besar mereka sangat antusias ketika diminta untuk bercerita. Mereka mampu menyampaikan ide-ide yang muncul dalam pikirannya dengan bahasanya sendiri. Ketika saatnya penilaian, tentu saja perbedaan capaian akan terlihat berbeda. Tiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Pengertian Storytelling
Storytelling merupakan metode bercerita yang sudah ada sejak zaman dahulu. Sebagai sebuah seni, storytelling berfungsi sebagai sarana untuk menghibur, mendidik, dan menyampaikan pesan moral.
Baca juga: Sepenggal Kisah Si Samaria yang Murah Hati
Dalam konteks ini, storytelling tidak terbatas hanya pada bentuk lisan, tetapi juga meliputi tulisan, visual, dan media digital.
Storytelling berasal dari kata "story" [Inggris], yang berarti cerita, dan "telling" yang berarti menyampaikan. Jadi, storytelling merupakan suatu proses di mana seseorang menyampaikan cerita dengan tujuan tertentu.
Dalam storytelling, siswa diajak untuk mendeskripsikan tentang suatu hal yang menjadi topik pembelajaran seperti yang diketahuinya. Deskripsi itu dijabarkan secara spesifik sehingga siswa tahu dan memahami topik atau bahan yang dipelajarinya. Apakah metode storytelling ini memiliki manfaat bagi siswa dalam konteks pembelajaran?
Manfaat Storytelling
Jika dipersiapkan dengan baik, storytelling memiliki manfaat sangat beragam bagi siswa. Bercerita dengan baik dapat meningkatkan kemampuan komunikasi terutama ketika berada di kelas. Storytelling membantu individu untuk mengasah keterampilan berbicara di depan umum (public speaking) dan mengekspresikan diri dengan lebih baik.
Cerita yang baik dapat menciptakan ikatan emosional antara pencerita dan pendengar. Koneksi emosional yang terbangun dapat membuat pesan menjadi lebih mudah diingat.
Dalam konteks pendidikan, storytelling digunakan sebagai pendukung pembelajaran. Contohnya: menjelaskan konsep yang kompleks dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami.
Tantangan dan Hambatan dalam Storytelling
Meskipun storytelling menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang mungkin akan dihadapi oleh pencerita. Beberapa orang yang merasa kurang percaya diri, biasanya merasa gugup ketika berbicara di depan umum. Kepercayaan diri (self confidence) akan mempengaruhi efektivitas penyampaian cerita.
Sebagian orang memiliki kesulitan dalam menyusun cerita. Kemampuan menciptakan alur cerita yang menarik dan terstruktur dengan baik bisa menjadi tantangan tersendiri.
Oleh karena itu, pencerita perlu memahami 3 hal pokok sebagai kerangka pokok storytelling, yaitu pengenalan, konflik (masalah), dan tindakan yang diambil untuk menyelesaikan masalah (resolusi).
Baca juga: Siapkah Warga Jakarta Kehilangan Akses Ambil Air Tanah?
Dalam bercerita, pencerita biasanya akan menghadapi audiens yang beragam. Setiap audiens memiliki preferensi dan latar belakang yang berbeda. Penyesuaian cerita agar relevan bagi semua pendengar akan menjadi sulit. Semua tantangan itu pada dasarnya dapat di atasi jika memiliki kemauan kuat untuk berlatih. Selain itu perlu memperbanyak “jam terbang” artinya pencerita perlu sering tampil di depan umum.
Bagaimana Cara Mengembangkan Kemampuan Storytelling
Untuk mengatasi tantangan dalam bercerita, perlu berlatih secara rutin. Latihan yang intensif dan berkelanjutan dapat membangkitkan rasa percaya diri. Cobalah untuk berlatih untuk bercerita di depan cermin atau kepada teman dekat sebelum tampil di hadapan audiens yang lebih besar.
Siswa dapat membiasakan diri untuk berbicara di depan orang banyak. Audiens awal dapat dimulai di depan teman-teman sekelas. Topik dapat dimulai dengan hal-hal yang ringan. Misalnya menceritakan aktivitas harian, hobi, makanan kesukaan, dan lain-lain.
Cerita yang disukai dapat membuat proses bercerita menjadi lebih menyenangkan dan alami. Pencerita dapat memilih cerita yang benar-benar disukai. Cerita yang menarik dan disukai membuat pencerita lebih mudah mengingat detail-detail penting dari cerita tersebut. Bagi siswa, cara ini dapat dilakukan dengan membaca bahan belajar secara berulang-ulang.
Sebagai bagian dari persiapan, pencerita perlu mempelajari struktur cerita. Pencerita perlu memahami struktur dasar sebuah cerita (pengenalan, konflik, resolusi) dan dapat merancang narasi yang menarik. Siswa juga dapat membuat kerangka dan ringkasan-ringkasan. Tujuannya supaya materi dapat dikuasai bagian demi bagian.
Bila diperlukan, fasilitas visualisasi secara teknis dapat menciptakan gambaran mental tentang cerita, dan dapat membantu dalam penyampaiannya. Pencerita bisa menggunakan alat bantu visual seperti gambar atau video untuk memperkuat narasi. Saat ini, banyak siswa sudah melek teknologi dan familiar dengan aplikasi-aplikasi visual.
Setiap orang memiliki gaya bercerita yang unik. Oleh karena itu, cobalah mengeksplorasi gaya bercerita dalam berbagai metode. Aplikasi atau sarana pendukung seperti pengeras suara suara, pemutar musik, intonasi, atau gerakan tubuh untuk menambah daya tarik cerita.
Insight
Storytelling adalah keterampilan berharga yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan memahami arti dan manfaatnya, serta mengenali tantangan yang ada, individu dapat mengembangkan kemampuan ini secara efektif. Melalui latihan dan eksplorasi gaya bercerita pribadi, setiap orang dapat menjadi pencerita yang handal.
Untuk mendukung narasi ini, gambar ilustratif tentang storytelling dapat digunakan sebagai referensi visual. Misalnya, gambar seorang pencerita yang sedang mendongeng kepada sekelompok anak-anak akan sangat cocok untuk menggambarkan suasana storytelling.***
Baca juga: Ketika Kesetaraan Menjadi Isu Pertengkaran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H