Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bagaimana Menjaga Kesehatan Ginjal pada Anak?

27 Juli 2024   11:57 Diperbarui: 29 Juli 2024   07:24 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ginjal (Shutterstock/SewCream via KOMPAS.com)

Saat ini, sedang ramai dibicarakan, fenomena tentang anak-anak yang ramai menjalani terapi cuci darah. Fenomena ini pun ramai menjadi obrolan di media sosial.

Di salah satu media sosial pun ditemukan informasi berjudul: "30 bocil cuci darah di RSCM, overweight serta mager bikin anak rentan terkena masalah ginjal." Wah, miris juga ya.

Penyebab anak harus cuci darah?

Menanggapi perbincangan yang sudah ramai di media sosial ini, tampaknya direspon serius oleh Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso. Dikutip dari CNN Indonesia, dr Piprim menegaskan tak ada laporan peningkatan kasus gagal ginjal pada anak.

Namun, beliau menyampaikan beberapa hal yang menjadi penyebab anak harus cuci darah, diantaranya kelainan bawaan pada ginjal dan saluran kemih pada anak-anak sejak lahir. Penyebab lain adalah lupus sistemik yang bisa mengenai ginjal dan berujung cuci darah.

Disebutkan juga oleh dr Piprim, penyebab lain yang tak kalah penting yaitu faktor gaya hidup, terutama berkaitan dengan obesitas. Bagi anak yang mengalami obesitas, jika mengalami kondisi kronis seperti hipertensi bisa merusak ginjal.

Oleh karena itu, orang tua sebaiknya memenuhi kebutuhan asupan cairan anak untuk menjaga ginjal tetap sehat. Jumlah air putih yang disarankan untuk diminum haruslah cukup.

Sebagai contoh, anak yang memiliki berat badan sekitar 20 kg, disarankan meminum air putih minimal 1,5 liter per hari.

      Baca juga: Vaksin Polio untuk Kesehatan Anak, Apa yang Perlu Diketahui?

Anak dengan obesitas juga perlu dijauhkan dari minuman dan makanan berpemanis. Seperti kita ketahui, makanan dan minuman berpemanis banyak tersedia di pasaran dan mudah diakses oleh anak-anak.

Ilustrasi obesitas, sumber : laman Instagram Liputan 6.
Ilustrasi obesitas, sumber : laman Instagram Liputan 6.

Kesehatan Ginjal pada Anak

Kesehatan ginjal anak penting untuk dibahas dan dipelajari karena banyak pendapat yang beredar di masyarakat dirasakan kurang tepat dan menimbulkan persepsi yang beragam.

Umumnya masyarakat awam menganggap bahwa penyakit ginjal hanya dapat terjadi pada orang dewasa.

Namun, anggapan itu terbantahkan dengan fakta bahwa anak-anak pun dapat mengalami penyakit ginjal kronis.

Laman website RS Pondok Indah Grup, menyebutkan bahwa sekitar 20-60 anak per 1 juta populasi anak di seluruh dunia mengalami penyakit ginjal kronik.

Sebanyak 70 persen dari populasi anak yang menderita penyakit ginjal kronik tersebut, mengalami gagal ginjal pada usia kurang dari 20 tahun.

Di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia pada tahun 2017 menyebutkan bahwa sebanyak 212 anak menjalani terapi pengganti ginjal di 14 rumah sakit pendidikan akibat gagal ginjal..

Cuci Darah Pada Ginjal?

Istilah 'cuci darah' sering digunakan oleh masyarakat awam untuk menggambarkan jenis pengobatan ginjal.

Namun, istilah ini ini dipandang kurang tepat karena menjadi stigma yang negatif dan menimbulkan rasa takut pada penderita ginjal kronik. Istilah yang lebih tepat untuk digunakan adalah dialisis.

         Baca juga: Menemukan Makna Persaudaraan: Siapakah Saudaraku?

Sumber yang sama juga mengatakan bahwa dialisis pada anak berpenyakit ginjal kronik dapat menurunkan angka kematian.

Meskipun demikian, dialisis bukan merupakan pengobatan untuk penyembuhan penyakit ginjal kronik. Dialisis berperan sebagai terapi sementara sambil menunggu transplantasi ginjal dapat dilakukan kepada pasien.

Sebagai informasi, transplantasi ginjal adalah tindakan pembedahan untuk mengganti ginjal yang sakit dengan ginjal yang sehat dari seorang donor.

Batu Ginjal dan Penyebabnya

Batu ginjal umumnya terjadi pada orang dewasa. Namun, fakta ini tidak berarti tidak bisa terjadi pada anak-anak.

Umumnya, batu ginjal terjadi karena pola makan yang banyak mengandung garam, kurang minum air putih, dan banyak mengonsumsi minuman manis atau kopi.

Gejala batu ginjal pada anak dapat diduga dan diamati jika ada rasa nyeri pada pinggang, perut bawah, atau area dekat kemaluan, nyeri saat berkemih, urin berwarna merah atau coklat, keruh atau berbau, dan rewel pada bayi.

Gejala lain seperti mual, muntah, demam, atau menggigil juga dapat ditemukan pada anak dengan batu ginjal.

Kebutuhan Air Bagi Tubuh

Pada dasarnya, kebutuhan air pada anak lebih besar dari orang dewasa. Maka, orangtua sangat penting memastikan konsumsi air yang cukup bagi anaknya. 

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2016), kebutuhan air pada anak sehat akan bertambah dengan peningkatan umur.

Kebutuhan air pada anak sehat pada usia 1-3 tahun sekitar 1-1,3 liter per hari. Kebutuhan ini berkembang menjadi dua kali lipat pada usia remaja sekitar 2-3 liter per hari.

Refleksi

Penyakit ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Namun, fungsi ginjal yang rusak dapat digantikan dengan berbagai cara, seperti dialisis sebagai terapi sementara dan transplantasi ginjal sebagai terapi yang paling utama.

Namun, meskipun ada alternatif pengobatan, tentu saja biayanya tidak sedikit. Hal yang paling penting untuk diperhatikan oleh setiap orang adalah adalah menjaga pola hidup sehat.

Salah satu upayanya adalah dengan tetap menjaga asupan konsumsi air untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan air. 

Untuk menghindari terjadinya obesitas pada anak, perlu pembiasaan bagi anak untuk bergerak dan beraktivitas secara positif.

Kebiasaan mager (malas gerak) akibat pengaruh permainan games pada gadget harus dikurangi secara masif.

Perlu kesadaran yang tinggi untuk menjaga kesehatan diri secara bertanggung jawab, dan itu harus ditekankan sejak dini.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun