Pemandangan lain yang menunjukkan peralihan fungsi trotoar terlihat pada jalur pedestrian di sekitar salah satu stasiun Commuter Line di Jakarta. Â Jalur pejalan kaki bagaikan "dijajah" oleh para pedagang. Hak-hak pejalan kaki seolah dirampas paksa.Â
Terlepas dari adanya kepentingan dari sektor usaha, pemerintah setempat tentu sudah tahu apa yang harus dilakukan. Sayangnya, para pemangku kebijakan seolah-olah bersikap santai dan menutup mata dengan keadaan ini. Lama-kelamaan, situasi ini menjadi pemandangan yang biasa. Seolah-olah tidak ada persoalan publik yang terjadi. Pada akhirnya, masyarakat juga yang dirugikan.
Sebagian jalur pedestrian di beberapa wilayah dipandang telah cukup baik. Namun, tidak sedikit juga yang masih menjadi keprihatinan. Jalur yang sudah baik, justru dijadikan sebagai tempat berdagang. Di beberapa titik, bahkan ada pedagang yang menggelar tikar dan menjajakan dagangan. Â
    Baca juga: Mengapa Alpukat Baik untuk Diet dan Kesehatan?
Menata Jalur Pedestrian
Persoalan penataan trotoar memang perlu disikapi secara serius. Perlu komitmen dan ketegasan dari aparat terkait untuk menata jalur pedestrian yang nyaman dan aman bagi pejalan kaki. Jalur pedestrian berperan dalam menunjukkan wajah kota yang humanis.Â
Masyarakat menanti kelanjutan komitmen pemerintah daerah untuk menciptakan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan di Jakarta, melalui revitalisasi trotoar.Â
Impiannya, trotoar yang aman dan nyaman dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat untuk beraktivitas dan berlalu lintas. Akankah impian sederhana masyarakat ini masih menjadi impian bagi sebagian besar masyarakat? ***
   Baca juga: Bahaya Mikroplastik: Ancaman Kecil yang Berdampak Besar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H