Hal ini membuat anak merasa kesulitan untuk belajar matematika dan tidak berkonsentrasi ketika pelajaran berlangsung
Kesulitan anak dalam memahami konsep-konsep abstrak, ternyata dapat juga menjadikan beberapa anak merasa kesulitan, frustrasi dan kehilangan minat belajar.
Banyak anak kurang terlibat dan jarang terkoneksi dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya: kegiatan berbelanja dan pengelolaan uang secara mandiri.
Di sekolah, faktor metode pengajaran yang monoton bisa membuat matematika terasa membosankan. Penggunaan metode yang lebih menarik dan interaktif dapat membantu meningkatkan minat anak.
Faktor kecemasan akibat "tekanan" lingkungan yang menggambarkan bahwa matematika itu sulit, sedikit banyak ikut membuat anak merasa "takut" untuk mempelajarinya. Bahkan, sebagian anak merasakan kecemasan dan takut ketika ujian dan tes dilakukan.
Matematika diperlakukan seolah-olah "milik" anak-anak pintar aja.
   Baca juga : Membebaskan Pikiran yang Tersandera
Mengubah Penyajian Menjadi Menarik
Anak sebaiknya diberikan waktu untuk berpikir dan menjawab pertanyaan. Hal ini untuk mengantisipasi atau membantu anak menghilangkan rasa malu dan cemas ketika tidak dapat menjawab dengan cepat.
Dalam praktik sehari-hari, matematika perlu diaplikasikan secara kreatif, menarik, dan relevan. Misalnya: analisa contoh kasus dan pemecahan masalah.Â
Guru dan orang tua dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan anak untuk mengatasi kesulitan dan membangun kepercayaan diri anak.