Pendidikan non formal saat ini terus mengalami perkembangan. Hal ini terjadi untuk untuk menanggapi dinamika kebutuhan masyarakat dan teknologi yang sejalan terus berkembang . Berbagai inovasi dikembangkan untuk ikut berperan dan memastikan bahwa pendidikan tetap relevan, inklusif, sekaligus dapat berkontribusi nyata bagi pengembangan masyarakat Indonesia. Tren dan inovasi pendidikan non formal  semakin mencerminkan perubahan kebutuhan dan tantangan masyarakat modern. Media sosial dan komunitas online dimanfaatkan sebagai sarana belajar dan berbagi pengetahuan, sekaligus membangun jaringan antara peserta didik dan para pendamping (mentor).
Sebagai informasi, pendidikan non formal merupakan jenis pendidikan yang berada di luar sistem pendidikan formal dan institusi seperti sekolah dan universitas. Proses pendidikan non formal terstruktur dan terorganisir, serta lebih fleksibel dibandingkan dengan pendidikan formal. Kegiatan yang dilakukan dalam pendidikan non-formal meliputi berbagai rancangan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan belajar individu atau kelompok yang mungkin saja tidak atau belum terlayani dengan baik oleh sistem pendidikan formal.
   Baca juga: Nasi Goreng Keliling yang Dirindukan
Perkembangan Pendidikan Non Formal
 Tren dan inovasi yang berkembang dalam pendidikan non formal ditandai dengan penggunaan sarana teknologi digital . Berbagai platform  e-learning, aplikasi mobile, dan kursus online seperti MOOC (Massive Open Online Courses) semakin mempermudah akses dan fleksibilitas penyampaian pelajaran.Â
Pendidikan non formal fokus pada pembelajaran yang berbasis kompetensi berupa penilaian yang berdasarkan penguasaan keterampilan dan pengetahuan di dalam kelas. Peningkatan dalam program pelatihan mulai dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar, melipti pelatihan keterampilan teknis, vokasional, dan soft skills. Contohnya: kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen waktu.
Beberapa perusahaan dan komunitas lokal juga turut ambil bagian dalam menyediakanpelatihan-pelatihan yang praktis dan relevan. Bahkan, jangkauannya mulai menyentuh kelompok yang kurang terlayani, misalnya: kaum perempuan, disabilitas, dan yang ada di pedesaan. Mungkin saja jangkauannya sudah mencapai pelosok negeri.
Muncul pertanyaan: apakah pendidikan formal yang ada saat ini sudah mengakomodir pemenuhan pendidikan bagi putra-putri? Apakah pendidikan nonformal sudah lebih memberikan harapan baru? Apakah keduanya dapat berperan secara bersama dan saling melengkapi?
Manfaat Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal akan baik jika dapat menjadi sebuah konsep pembelajaran sepanjang hayat. Hal ini memberi peluang yang besar bagi siapa saja untuk belajar dan mengembangkan diri terus menerus dalam hidupnya. Â Dalam pendidikan non formal, dapat diselipkan pembelajaran tentang problem solving yang sesuai dengan pengalaman hidup sehari-hari. Bahkan, pendidikan non formal dapat diisi dengan pelatihan dan ketrampilan hidup (life skill)Â serta kewirausahaan.
Pendidikan ini berpeluang secara luas dalam pengembangan individu untuk menciptakan masyarakat yang memiliki keterampilan. Peluang manfaatnya yang bisa diraih antara lain: lebih fleksibel dalam hal waktu dan tempat. Ini berarti, kegiatan dan waktu belajar dapat dikelola sesuai jadwal mereka. Mereka yang tidak memiliki akses dalam pendidikan formal karena berbagai kendala seperti usia, pekerjaan, atau kendala geografis dapat berpartisipasi.Â
   Baca juga: Life Skill Sebagai Modal Kemandirian Anak
Jika dibandingkan dengan pendidikan formal, tampaknya pendidikan non formal akan melengkapi hal-hal yang tidak diperoleh dalam pendidikan formal. Keduanya  tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, melainkan perlu berjalan beriringan dan saling melengkapi. Pendidikan non formal membawa harapan baru bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Saya memiliki tetangga yang sehari-harinya mengajarkan baca tulis kepada anak-anak di sekitar tempat tinggal. Sayangnya, tempat itu berupa tempat tinggal. Jika memungkinkan, rumah tempat tinggal dapat difungsi gandakan sebagai taman bacaan. Jika melihat tren yang ada, keberadaan taman baca justru kurang diminati oleh anak-anak. Minat literasi telah "dikalahkan" oleh permainan games yang diperoleh dengan mudah melalui perangkat digital mereka. Di sekolah, perpustakaan kurang menjadi sasaran tujuan para siswa. Gerakan literasi baca perlu digaungkan secara masiv untuk melengkapi pendidikan formal mereka.
Refleksi
Hal yang perlu direfleksikan adalah, pendidikan non formal tidak menggantikan pendidikan formal. Meski di beberapa tempat, pendidikan non formal berkembang bahkan maju, tetapi kedua jenis pendidikan itu saling melengkapi dan berjalan beriringan. Dukungan apa yang dapat diberikan bagi perkembangan pendidikan non formal di sekitar?*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H