Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger Indonesia

Teacher, Freelancer Writer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cita-Cita Terpendam dalam Perspektif Kebebasan

4 Juli 2024   16:16 Diperbarui: 5 Juli 2024   11:56 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar kebebasan, sumber: https://cakradunia.co/news/masa-depan-kebebasan/index.html 

Dalam hidup sehari-hari, tak jarang anak menghadapi tantangan ketika memiliki sebuah keinginan atau cita-cita. Tantangan bisa datang dari diri sendiri (internal) atau dari luar diri sendiri (eksternal). Alasannya pun bisa beraneka ragam. Tetapi, saya tidak mengulas mengenai tantangannya, tetapi kemerdekaan, atau kebebasan dalam menentukan pilihan secara bertanggung jawab.

Pada salah satu kelas, dosen saya mengajarkan tentang makna kebebasan. Banyak perspektif dapat diambil sesuai dengan bidang kerja para mahasiswanya. Ketika saya mencoba mendalami makna kebebasan dari perspektif pendidikan, secara otomatis, pikiran saya tertuju pada konsep Kurikulum Merdeka yang sedang dilaksanakan saat ini. Dalam pikiran saya, topik ini cocok untuk saya bahas.Namun, dosen saya memberi usul untuk mempelajari sebuah film berjudul  Dead Poets Society.

Sinopsis Singkat Film Dead Poets Society

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, Film Dead Poets Society ditayangkan sekitar tahun 1980-an. Cukup lama juga. Sekitar tahun itu, saya duduk di bangku SMP. Film Dead Poets Society menceritakan tentang seorang guru. Ia mengajar di sebuah sekolah khusus laki-laki yang memiliki peraturan yang sangat ketat. Guru tersebut merupakan alumni sekolah dimana ia mengajar saat itu.

Dalam satu sesi kelasnya, Sang Guru mengajak siswanya untuk berdiri di atas mejanya secara bergantian. Tujuannya untuk memberikan pemaknaan tentang hidup dari sudut pandang atau perspektif yang berbeda. Sang Guru juga mengajak para siswanya itu untuk menciptakan suatu gaya berjalan versi mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk mendorong individualisme atau ciri yang khas dalam diri mereka. Tujuannya adalah agar mereka mengenal kekhasan atau keunikan mereka. Sang Guru pun memberi inspirasi bagi para siswanya untuk menciptakan perubahan dalam hidup mereka. Cara yang digunakan adalah memahami esensi dari puisi. Dalam pengajarannya, ia mendorong murid-muridnya untuk "memanfaatkan hari ini".

    ▐  Baca juga: Perjalanan Rohani Para Remaja bagi Pembaruan Diri

Dalan film itu diceritakan tentang dinamika para siswa dalam menemukan potensi dalam diri mereka. Kebebasan dalam menentukan pilihan menurut bakat dan kemampuan mereka sendiri. Bebas dari tekanan dan otoritas orang tua ketika "memaksakan" keinginannya atas cita-cita anaknya. Satu demi satu anak menyadari bakat yang ada dalam dirinya. Mereka juga ditantang untuk memahami konsekuensi potensial  dari sebuah pilihan yang bebas.

Film ini menampilkan pula konsekuensi dari keinginan orangtua yang dipaksakan kepada anaknya. Salah satu tokoh siswa dalam fil tersebut diceritakan meninggal bunuh diri karena ia tidak mendapat dukungan dari ibunya dan tidak mampu menjelaskan keinginannya kepada ayahnya.

Makna Kebebasan

Ada makna yang mendalam dan menjadi inspirasi dapat diambil dari film tersebut. Dalam setiap pembelajarannya di mana saja, guru dan orang tua hendaknya selalu memberi semangat kepada para siswa (anak) untuk menciptakan perubahan dan kemandirian dalam hidup mereka.  Perlu  penerapan cara-cara yang bijaksana dalam pendampingan tentang kebebasan atas sebuah pilihan dengan penuh tanggung jawab. Keluar dari zona nyaman dan memancing anak agar mampu berpikir kritis dari perspektif-nya sendiri untuk mengubah hidup mereka. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran anak  untuk bebas meraih capaian/tujuan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun