Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger Indonesia

Teacher, Freelancer Writer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cita-Cita Terpendam dalam Perspektif Kebebasan

4 Juli 2024   16:16 Diperbarui: 4 Juli 2024   16:46 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar kebebasan, sumber: https://cakradunia.co/news/masa-depan-kebebasan/index.html 

Pada salah satu kelas, dosen saya mengajarkan tentang makna kebebasan. Banyak perspektif dapat diambil sesuai dengan bidang kerja para mahasiswanya. Ketika saya mencoba mendalami makna kebebasan dari perspektif pendidikan, secara otomatis, pikiran saya tertuju pada konsep Kurikulum Merdeka yang sedang dilaksanakan saat ini. Dalam pikiran saya, topik ini cocok untuk saya bahas.Namun, dosen saya memberi usul untuk mempelajari sebuah film berjudul  Dead Poets Society.

Tak jarang anak menghadapi tantangan ketika memiliki sebuah keinginan atau cita-cita. Tantangan bisa datang dari diri sendiri (internal) atau dari luar diri sendiri (eksternal). Alasannya pun bisa beraneka ragam. Tetapi, saya tidak mengulas mengenai tantangannya, tetapi kemerdekaan, atau kebebasan dalam menentukan pilihan secara bertanggung jawab.

Sinopsis Singkat Film Dead Poets Society

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, Film Dead Poets Society ditayangkan sekitar tahun 1980-an. Cukup lama juga. Sekitar tahun itu, saya duduk di bangku SMP. Film Dead Poets Society menceritakan tentang seorang guru. Ia mengajar di sebuah sekolah khusus laki-laki yang memiliki peraturan yang sangat ketat. Guru tersebut merupakan alumni sekolah dimana ia mengajar saat itu.

Sang Guru mengajak siswanya untuk berdiri di atas mejanya secara bergantian. Tujuannya untuk memberikan pemaknaan tentang hidup dari sudut pandang yang  berbeda. Cara yang dilakukannya adalah mengajak para siswanya untuk menaiki meja kerjanya dan meminta memandang ruang kelas dari perspektif yang lain.

Sang Guru juga mengajak para siswanya itu untuk menciptakan suatu gaya berjalan versi mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk mendorong individualisme. Sang Guru juga memberi inspirasi bagi para siswanya untuk menciptakan perubahan dalam hidup mereka. Cara yang digunakan adalah memahami esensi dari puisi. Dalam pengajarannya, ia mendorong murid-muridnya untuk "memanfaatkan hari ini".

     Baca juga: Prioritas Menjaga Kesehatan Mental Sejak Dini

Dalan film itu diceritakan tentang dinamika para siswa dalam menemukan potensi dalam diri mereka. Kebebasan dalam menentukan pilihan menurut bakat dan kemampuan mereka sendiri. Bebas dari tekanan dan otoritas orang tua ketika "memaksakan" keinginannya atas cita-cita anaknya. Satu demi satu anak menyadari bakat yang ada dalam dirinya. Mereka juga ditantang untuk memahami konsekuensi potensial  dari sebuah pilihan yang bebas.

Film ini menampilkan pula konsekuensi dari keinginan orangtua yang dipaksakan kepada anaknya. Salah satu tokoh siswa diceritakan meninggal bunuh diri karena ia tidak mendpaat dukungan dari ibunya dan tidka mampu menjelaskan keinginannya kepada ayahnya.

Makna Kebebasan

Ada makna yang mendalam dan menjadi inspirasi dapat diambil dari film tersebut. Dalam setiap pembelajarannya di mana saja, guru dan orang tua hendaknya selalu memberi semangat kepada para siswa (anak) untuk menciptakan perubahan dalam hidup mereka.  Perlu  penerapan cara-cara yang bijaksana dalam pendampingan. Keluar dari zona nyaman dan memancing anak agar mampu berpikir kritis dari perspektif-nya sendiri untuk mengubah hidup mereka. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian anak  untuk meraih capaian/tujuan hidupnya.

Dalam beberapa kasus, ada orang yang menempuh pendidikan pada jurusan tertentu, tetapi ia tidak sepenuhnya menginginkannya. Alhasil, ia menjalani pendidikannya setengah hati. Begitu pula ketika bekerja, ia tidak sepenuhnya dalam kondisi yang produktif. Mengutip slogan insipratif dalam film Dead Poets Society, yaitu "carpe diem" artinya "petiklah hari", anak perlu dibangkitkan motivasinya agar berani melakukan tindakan. Anak perlu belajar agar berani bertindak untuk mendapatkan keinginannya. Tentu saja, keinginan yang dimaksud adalah keinginan yang positif dan bermanfaat.

Insight

Kebebasan terarah pada semangat dan motivasi untuk bertindak bebas menentukan pilihan hidup yang positif, percaya diri terhadap cita-cita yang ingin diraih.  Kebebasan juga diperlukan dalam melahirkan dan mengungkapkan ide-ide dan keinginan.

Dalam konteks pendidikan, penting untuk memilah prioritas capaian diri dalam hidup. Bahwa pendidikan penting dalam kehidupan sebagai sarana untuk meraih sesuatu yang bersifat material dan status. Namun, ada hal lain yang juga sama penting selain pendidikan secara akademis, yaitu pendidikan sosial, moral dan spiritual, serta keterampilan life skill. Anak akan belajar menentukan pilihan secara mandiri dan secara sadar pula melatih diri untuk bertanggung jawab pada pilihannya. Dalam hal ini, perlu ada pendampingan yang terus menerus pada anak. 

Pendidikan adalah belajar untuk mengelola pikiran sendiri, mengupayakan perubahan dan perkembangan yang positif dalam hidup. Catatan penting lainnya adalah bahwa kebebasan juga perlu dikelola dengan baik dan bertanggung jawab agar kebebasan itu tidak "bablas" lalu menjadi salah dalam pelaksanaannya.***

      Baca juga: Life Skill Sebagai Modal Kemandirian Anak

      Baca juga: Senyum di Antara Dua Wajah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun