Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Partisipasi Sederhana Mengurangi Tengkes

23 Juni 2024   19:59 Diperbarui: 23 Juni 2024   19:59 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sisi medis, lambatnya pertumbuhan tinggi badan anak disebabkan karena kurang terpenuhinya asupan gizi yang cukup dalam waktu yang lama. Pada ibu hamil, kekurangan gizi dapat menyebabkan bayi dalam kandungan kekurangan sumber kekuatan yang menunjang pertumbuhan janin. Beberapa contoh gizi yang penting bagi ibu hamil antara lain: asam folat yang penting untuk menjaga sistem saraf, kalsium dan vitamin D yang perlu bagi pertumbuhan tulang, zat besi yang perlu untuk pertumbuhan sel darah merah, dan masih banyak lagi.

Gizi penting yang diperlukan ibu hamil itu didapat melalui konsumsi sayuran, buah-buahan, dan protein yang cukup. Selain itu, pemberian ASI pasca melahirkan membantu memperkuat kekebalan tubuh bayi. Anak yang memiliki kekebalan tubuh yang rendah, cenderung mudah sakit. Hal ini tentu akan ikut mempengaruhi pertumbuhannya.

Faktor sanitasi seperti kebersihan rumah dan lingkungan, kebersihan makanan dan ketersediaan air bersih, akses terhadap pelayanan kesehatan yang rendah seperti jarang melakukan pemeriksaan kesehatan, berpengaruh kuat dalam pembentukan daya tahan tubuh anak.

Ragam Upaya Pencegahan dan Perbaikan

Semua orang, dengan caranya masing-masing, diharapkan ikut serta untuk mendorong perbaikan gizi anak-anak yang menderita tengkes. Dari pihak pemerintah, tentu sudah tahu apa yang harus dilakukan terhadap masyarakat.

Bagi masyarakat awam, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah berempati dan peduli terhadap kondisi ini. Bentuk kepedulian dan empati itu secara sederhana ditunjukkan dengan cara tidak membuang makanan.

Ilustrasi produksi sampah, sumber: https://sedayu.net/2023/08/02/ri-menghasilkan-banyak-sampah-makanan-waket-mpr-menginginkan-langkah-penangana
Ilustrasi produksi sampah, sumber: https://sedayu.net/2023/08/02/ri-menghasilkan-banyak-sampah-makanan-waket-mpr-menginginkan-langkah-penangana

Menarik sekali ketika Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik sedunia, mengatakan bahwa ketika kita membuang makanan, sama artinya kita merampas hak orang miskin. Lebih jauh, beliau menekankan perlunya menanggalkan sikap konsumerisme khususnya dalam hal makanan. Keprihatinan Paus Fransiskus itu bukan tanda dasar.

Di Indonesia sendiri, Katadata Media Network mencatat Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia pada tahun 2021, bahwa setiap tahun, Indonesia menghasilkan 19 juta ton sampah makanan konsumsi. Sebanyak 80% food waste berasal dari rumah tangga, dan sisanya sebesar 20% berasal dari sektor non-rumah tangga. Hampir setengah dari food waste rumah tangga itu merupakan sisa makanan yang layak makan. Cukup memprihatinkan bukan.

Refleksi

Di tengah kesulitan sebagian orang yang berusaha memenuhi kebutuhan makan dan asupan gizinya, ada banyak orang yang menyisakan makanan. Semoga menjadi refleksi bersama untuk memulai dari tindakan sederhana. Mari berperan memberantas tengkes.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun