Perjalanan ke Gunung Merapi pada hari itu sangat ramai. Mungkin efek libur panjang di akhir pekan, banyak pengunjung yang datang ke Gunung Merapi. Bagi saya, semula kunjungan ini terasa biasa saja, meskipun ada sedikit rasa khawatir mengingat peristiwa yang terjadi pada Gunung Merapi sebelumnya. Namun, di akhir perjalanan ini, ada rasa kagum pada kebesaran Tuhan. Betapa Ia sangat mengasihi manusia dengan berbagai pengalaman hidup manusia, baik pahit maupun menyenangkan.
Si Tua Nan Tangguh
Perjalanan ke Gunung Merapi difasilitasi dengan transportasi mobil jeep yang gagah. Bagaimana tidak. Jenis kendaraan ini tergolong kendaraan produksi "tahun tua" yang sempat berjaya di masa kecil saya. Di tempat ini, saya melihat betapa tangguhnya kendaraan ini meskipun sudah berusia tua. Tentu, kondisi itu tidak tercapai tanpa perawatan yang baik pula.
Melewati terjalnya jalanan yang penuh debu, kami diantar menuju beberapa titik tempat yang menjadi objek wisata. Rute perjalanan naik yang kami lalui tergolong terjal, berbatu, dan mendaki. Kami disuguhi pemandangan khas gunung yang penuh dengan pepohonan. Sesekali terdapat rumah, entah berpenghuni atau tidak.Â
Pengemudi jeep yang membawa kami dengan ramah menjelaskan banyak hal seputar peristiwa letusan gunung Merapi. Ia memberitahukan salah satu titik di gunung tersebut yang menjadi lokasi peristirahatan terakhir warga yang terkena abu vulkanik ketika letusan Gunung Merapi. Ia juga mengatakan bahwa lokasi tersebut sebelumnya merupakan perkampungan warga.
Museum Mbah Maridjan
Sayai sampai pada salah satu tempat yang ramai dikunjungi. Tempat ini merupakan lokasi peristirahatan terakhir Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi. Terdapat pula beberapa kendaraan seperti sepeda motor dan mobil yang dahulu digunakan sebagai alat transportasi untuk mengevakuasi warga dari Gunung Merapi. Kondisi kendaraan itu rusak parah karena panasnya abu vulkanik. Kondisi yang sama juga terlihat pada barang-barang rumah tangga.Â
Informasi seputar peristiwa meletusnya Gunung Merapi disajikan berupa gambar dan teks pada dinding rumah yang kini menjadi museum tersebut. Saya merasa mendapatkan pengetahuan langsung terkait peristiwa tersebut.
Perjalanan dilanjutkan menuju salah satu titik kunjungan. Di tempat itu, terdapat sebuah bunker kosong dan gelap. Bunker itu dinamakan Bunker Kaliadem. Menurut penuturan warga setempat, bunker itu digunakan sebagai tempat penyelamatan ketika erupsi Merapi terjadi. Ketika memasuki bunker itu, suasananya gelap dan dingin. Terbayang rasanya suasana ketika harus berada di dalam bunker tersebut.Â
Di sekitar bunker, terdapat banyak kios penjualan souvenir warga setempat. Para pengunjung dimanjakan dengan berbagai benda-benda yang bisa dijadikan oleh-oleh pulang. Jangan khawatir, harganya sangat terjangkau. Model dan variasi souvenirnya juga bagus.
Perjalanan wisata di Gunung Merapi diakhiri dengan bermain air di atas kendaraan jeep. Merasakan cipratan air di atas deru mesin jeep yang melaju dan menerjang air.
Keseruan di atas kendaraan ini tidak cukup hanya mendengar cerita atauu melihat gambarnya. Sensasi berada di atas kendaraan dan keceriaan beradu menjadi satu. Rasanya pantaslah keseruan ini untuk menumpahkan keletihan bekerja. Teriakan kegembiraan seolah melepaskan kepenatan itu di sini. Bagi pembaca yang belum berkunjung ke tempat ini, tertarik untuk menjajakinya?Â
Refleksi
Hampir lima jam berada di destinasi wisata Merapi ini meninggalkan kesan dan refleksi yang mendalam. Dari perspektif pribadi, saya menemukan betapa besarnya Allah Sang Pencipta Semesta ini. Apa yang patut disombongkan oleh manusia dengan kelebihannya? Tidak ada. Bumi ini hanya sebagian kecil saja dari ciptaan yang dikuasai-Nya. Dia yang berkuasa atas bumi ini, secara khusus Gunung Merapi ini.Â
Di satu sisi, Allah menunjukkan siapa Diri-Nya di hadapan manusia. Di sisi lain, ia memberikan banyak karunia bagi manusia, khususnya yang berada di sekitar gunung Merapi. Pembelajaran bahwa rahmat dan bahaya batasnya tipis sekali. Tapi Allah selalu mengasihi manusia. Â Â
Saya pun kembali melanjutkan perjalanan berikutnya. Tujuan berikutnya adalah mengenang kembali momen kunjungan ke Malioboro. Hmm, bagaimana perkembangannya sekarang ya ...***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI