Perjalanan dilanjutkan menuju salah satu titik kunjungan. Di tempat itu, terdapat sebuah bunker kosong dan gelap. Bunker itu dinamakan Bunker Kaliadem. Menurut penuturan warga setempat, bunker itu digunakan sebagai tempat penyelamatan ketika erupsi Merapi terjadi. Ketika memasuki bunker itu, suasananya gelap dan dingin. Terbayang rasanya suasana ketika harus berada di dalam bunker tersebut.Â
Di sekitar bunker, terdapat banyak kios penjualan souvenir warga setempat. Para pengunjung dimanjakan dengan berbagai benda-benda yang bisa dijadikan oleh-oleh pulang. Jangan khawatir, harganya sangat terjangkau. Model dan variasi souvenirnya juga bagus.
Perjalanan wisata di Gunung Merapi diakhiri dengan bermain air di atas kendaraan jeep. Merasakan cipratan air di atas deru mesin jeep yang melaju dan menerjang air.
Keseruan di atas kendaraan ini tidak cukup hanya mendengar cerita atauu melihat gambarnya. Sensasi berada di atas kendaraan dan keceriaan beradu menjadi satu. Rasanya pantaslah keseruan ini untuk menumpahkan keletihan bekerja. Teriakan kegembiraan seolah melepaskan kepenatan itu di sini. Bagi pembaca yang belum berkunjung ke tempat ini, tertarik untuk menjajakinya?Â
Refleksi
Hampir lima jam berada di destinasi wisata Merapi ini meninggalkan kesan dan refleksi yang mendalam. Dari perspektif pribadi, saya menemukan betapa besarnya Allah Sang Pencipta Semesta ini. Apa yang patut disombongkan oleh manusia dengan kelebihannya? Tidak ada. Bumi ini hanya sebagian kecil saja dari ciptaan yang dikuasai-Nya. Dia yang berkuasa atas bumi ini, secara khusus Gunung Merapi ini.Â
Di satu sisi, Allah menunjukkan siapa Diri-Nya di hadapan manusia. Di sisi lain, ia memberikan banyak karunia bagi manusia, khususnya yang berada di sekitar gunung Merapi. Pembelajaran bahwa rahmat dan bahaya batasnya tipis sekali. Tapi Allah selalu mengasihi manusia. Â Â
Saya pun kembali melanjutkan perjalanan berikutnya. Tujuan berikutnya adalah mengenang kembali momen kunjungan ke Malioboro. Hmm, bagaimana perkembangannya sekarang ya ...***