Setiap tahun, pada tanggal 1 Mei, diperingati sebagai Hari buruh secara internasional. Hari Buruh atau May Day pada awalnya diperingati sebagai respon atas revolusi industri di Amerika Serikat pada tahun 1886. Pada momen itu, para buruh dipaksa bekerja di pabrik hingga 19 jam sehari. Akibatnya, para buruh berdemonstrasi secara besar-besaran. Mereka menuntut pemberlakukan jam kerja 8 jam sehari dan menuntut upah yang layak.
Hingga kini, momen Hari Buruh digunakan sebagai momen untuk menyuarakan keluh kesah para buruh kepada ke pemerintah dan perusahaan. Keluh kesah yang disuarakan umumnya fokus pada kesejahteraan buruh sendiri.
Seiring perkembangan zaman yang pesat dan ditandai dengan kemajuan teknologi, tantangan buruh pun semakin kompleks. Muncul pertanyaan, mengenai peran buruh di tengah kemajuan teknologi saat ini dan ke depan.
Industri 4.0 Â
Mengutip dari laman Forbes, Industri 4.0 dimaknai sebagai suatu revolusi industri generasi keempat yang ditandai dengan masuknya suatu sistem kecerdasan buatan dan otomatisasi dalam industri. Sistem tersebut digerakkan oleh data melalui teknologi machine learning dan Artifical Inteligence (AI).
Teknologi machine learning atau AI memang membuka peluang modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Pertanyaannya adalah, apakah masyarakatnya siap menghadapinya. Manusia seolah berkejaran dengan waktu, dan tidak dapat menutup mata pada perubahan yang terjadi. Berbagai peluang dan tantangan yang ada harus dihadapi dengan siap, cepat, dan penuh perhitungan. Belum usai kekagetan atas kehadiran teknologi Industri 4.0, sudah muncul ide tentang kemungkinan masuknya generasi kelima atau Industri 5.0. Â
Fungsi Robotik Dalam Dunia Industri
Saat ini, pola produksi telah berubah dari cara-cara manual menjadi otomatis. Fungsi-fungsi robotik mulai mendominasi. Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia kini telah dialihkan dan dikerjakan oleh mesin-mesin dan robot. Bahkan, pekerjaan yang dilakukan mesin-mesin itu jauh melebihi bobot dan kualitas pekerjaan  manusia. Akibatnya, penggunaan tenaga manusia terus berkurang dari waktu ke waktu. Banyak perusahaan besar mulai memikirkan untuk mengurangi pegawai sebagai salah satu dampak atas adopsi teknologi AI. Dari sisi bisnis, kondisi ini tentu menguntungkan para pemodal karena menghemat biaya.
Tren digitalisasi terus berkembang ke berbagai bidang hidup manusia. Secara prinsip, pada dasarnya teknologi berkembang untuk memudahkan pekerjaan manusia untuk kepentingan manusia. Namun, hal ini harus dilihat dari berbagai sudut pandang agar tidak salah dalam menilai perkembangan teknologi dan menyederhanakan posisi buruh atau tenaga kerja secara umum.
Robotika adalah salah satu cabang AI. Fokusnya terletak pada desain dan implementasi mesin yang dapat berinteraksi dengan lingkungan fisiknya. Teknologi AI dapat meningkatkan produktifitas. Dalam beberapa jenis pekerjaan, seorang agen yang menggunakan AI dapat menangani lebih banyak pelanggan, rofesional bisnis dapat menulis dokumen bisnis lebih banyak, dan pemrogram dapat membuat kode proyek hampir dua kali lipat lebih banyak.
Dengan mengadopsi teknologi AI, efisiensi dan produktivitas semakin besar. Pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih efisien dan produktif karena AI dapat membantu dalam proses analisa data, pengambilan keputusan, pengelolaan tugas yang kompleks, dan kepuasan kerja dan kualitas hidup yang meningkat.
Potensi Persoalan dan Bonus Demografi
Salah satu dampak dan kekhawatiran yang muncul atas adopsi AI dalam pekerjaan manusia adalah pengurangan pegawai dan potensi meningkatnya pengangguran. Bonus demografi atau meningkatnya jumlah penduduk produktif Indonesia yang berusia muda hendaknya terus disiapkan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Generasi muda saat ini perlu mawas diri menghadapi masa depannya. Pembekalan diri dan peningkatan kualitas ketrampilan hendaknya menjadi prioritas agar tidak tertinggal oleh kemajuan. Perubahan paradigma dan mindset sebagai manusia pembelajar harus terus digaungkan agar bonus demografi itu tidak sia-sia.
Kesiapan sumber daya manusia menghadapi perkembangan teknologi yang pesat harus terus menjadi perhatian serius dari berbagai pihak. Mereka yang tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan AI kemungkinan besar akan menghadapi kesulitan untuk bersaing dalam bursa kerja.
Pada akhirnya, pengaruh pemanfaatan teknologi AI terhadap pekerjaan manusia sangat tergantung pada pengelolaan teknologi itu sendiri. Diperlukan kebijakan yang menyeluruh agar adopsi AI membawa kebaikan bagi banyak orang, meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan, serta memajukan harkat dan martabat bangsa kita.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H