Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup sebagai Kelompok Kelas Menengah, Apa Kesulitannya?

4 Maret 2024   22:45 Diperbarui: 4 Maret 2024   22:55 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembaca mungkin merasa belum menjadi bagian dari masyarakat kelompok menengah. Alasannya bisa beragam, dari tidak sanggup jajan di restoran, kesulitan membeli paket internet/wifi atau pulsa telepon, atau masih merasa kesulitan untuk menabung tapi masih bisa jajan di kuliner tenda di pinggir jalan.

Atau sebaliknya, ada yang merasa sudah menjadi bagian masyarakat tersebut. Alasannya juga bisa beragam. Misalnya wifi sudah terpasang di rumah, bisa membeli baju atau sepatu idaman, beli es kopi beberapa kali dalam seminggu, atau karena sudah memiliki tabungan dengan nominal dua digit.   

Kehidupan masyarakat kelompok menengah sering kali dipenuhi dengan berbagai lika-liku perspektif yang kompleks. Bukan hanya itu, masalahnya juga kompleks.

Tekanan Finansial

Meskipun memiliki pendapatan yang relatif stabil, kelompok masyarakat kelompok menengah masih sering merasakan tekanan finansial. Mungkin saja ada yang memiliki tagihan yang harus diatasi seperti kredit rumah, cicilan mobil, biaya pendidikan, dan lain-lain. Wow, ini bisa menimbulkan stres dan kekhawatiran, lho. Kondisi-kondisi berikut kemungkinan dirasakan juga oleh kelompok masyarakat ini.

Baca juga: Tantangan Mengelola Pendapatan yang Terbatas versus Kualitas Hidup

Perubahan Ekonomi

Kehidupan kelompok menengah biasanya sensitif terhadap perubahan ekonomi. Kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari saja sudah bisa memberi pengaruh langsung pada kestabilan keuangan keluarga.

Pendidikan

Tekanan pada persoalan lain juga dirasakan. Misalnya tekanan untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak. Hal ini bisa mencakup biaya pendidikan formal seperti sekolah swasta atau kuliah, serta biaya-biaya tambahan seperti les privat atau kegiatan ekstrakurikuler.

Perubahan Sosial dan Budaya

Masyarakat kelompok menengah seringkali berada di persimpangan antara tradisi dan modernitas. Mereka mungkin merasa tertekan oleh harapan sosial atau budaya tertentu sementara juga ingin mengikuti perkembangan zaman yang lebih modern.

Keseimbangan Hidup

Ada usaha untuk menemukan keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan kehidupan sosial. Tapi, semua itu justru menjadi tantangan besarnya. Mereka mungkin harus menyeimbangkan antara tanggung jawab profesional dengan waktu yang harus mereka habiskan bersama keluarga dan untuk diri sendiri (me time).

Tekanan Mental dan Emosional

Ketika mencoba mengatasi semua tekanan, masyarakat kelompok menengah kemungkinan mengalami tekanan mental dan emosional. Misalnya stres akibat pekerjaan, problem keuangan, atau hubungan sosial.

Semua ini menciptakan dinamika yang kompleks dalam hidup sehari-hari. Tidak jarang, mereka harus belajar beradaptasi dan bernavigasi melalui lika-liku tersebut.

Apakah ada strategi yang tepat untuk membantu menyiasati kehidupan dengan lebih baik?

Pertanyaan ini sulit saya jawab karena memang tidak mudah mengeksekusi strategi tanpa didukung perencanaan keuangan yang baik dan penghasilan yang cukup. Namun, secara teoritis, dapat diasumsikan beberapa hal sebagai perencanaan strategisnya.

Perencanaan Keuangan yang Bijaksana

Membuat anggaran bulanan, mengelola hutang dengan cermat, dan menabung untuk masa depan adalah beberapa langkah realistis dan penting untuk menjaga stabilitas keuangan. Investasi yang bijaksana juga bisa membantu meningkatkan kekayaan jangka panjang.

Memprioritaskan Keseimbangan Hidup

Masyarakat kelompok menengah perlu mengenali pentingnya keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan waktu untuk diri sendiri. Mereka harus mengalokasikan waktu yang cukup untuk istirahat, rekreasi, dan hubungan sosial.

Pendidikan Berkelanjutan

Melanjutkan pendidikan atau melakukan pelatihan tambahan dapat meningkatkan keterampilan sekaligus meningkatkan prospek karier. Tujuannya agar tetap relevan di pasar kerja yang terus berubah.

Pengelolaan Stres

Siapa saja perlu belajar untuk menemukan cara dalam mengelola stres untuk membantu melepaskan tekanan secara efektif. Beberapa pilihan mungkin dapat dilakukan, seperti: meditasi, olahraga, atau menyalurkan hobi yang menyenangkan.

Jaringan Dukungan

Usulan membuat jaringan (network) yang kuat bersama keluarga, teman, dan rekan kerja dapat dipertimbangkan dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Adopsi Gaya Hidup Hemat

Gerakan ini mungkin bisa menjadi cara ampuh untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Hidup sederhana sepertinya akan membantu pengelolaan tekanan keuangan.

Berinvestasi dalam Kesehatan

Ada nasihat mengatakan bahwa kesehatan fisik dan mental adalah aset berharga. Maka, dalam hal ini, kesehatan harus menjadi prioritas  utama dalam hidup. Hal yang dapat dilakukan misalnya: kunjungan rutin ke dokter, olahraga teratur, dan pola makan seimbang.

Memiliki Rencana Cadangan

Sepertinya hal ini akan terasa sulit. Menyiapkan satu rencana keuangan keluarga saja sudah terasa berat. Tapi, nasihat itu tetap penting dan dibutuhkan. Misalnya: nasihat orang tua agar selalu bijaksana untuk memiliki dana darurat yang cukup.

Hal itu diperlukan untuk mengatasi kejadian tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau biaya medis yang naik tidak terduga.

strategi-strategi ini ini mungkin tidak manjur bagi pihak-pihak lain. Namun, kelompok masyarakat  menengah harus bersikap lebih siap menghadapi lika-liku kehidupan dan pengelolaan tantangan secara lebih efektif.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun