Pembaca mungkin merasa belum menjadi bagian dari masyarakat kelompok menengah. Alasannya bisa beragam, dari tidak sanggup jajan di restoran, kesulitan membeli paket internet/wifi atau pulsa telepon, atau masih merasa kesulitan untuk menabung tapi masih bisa jajan di kuliner tenda di pinggir jalan.
Atau sebaliknya, ada yang merasa sudah menjadi bagian masyarakat tersebut. Alasannya juga bisa beragam. Misalnya wifi sudah terpasang di rumah, bisa membeli baju atau sepatu idaman, beli es kopi beberapa kali dalam seminggu, atau karena sudah memiliki tabungan dengan nominal dua digit. Â Â
Kehidupan masyarakat kelompok menengah sering kali dipenuhi dengan berbagai lika-liku perspektif yang kompleks. Bukan hanya itu, masalahnya juga kompleks.
Tekanan Finansial
Meskipun memiliki pendapatan yang relatif stabil, kelompok masyarakat kelompok menengah masih sering merasakan tekanan finansial. Mungkin saja ada yang memiliki tagihan yang harus diatasi seperti kredit rumah, cicilan mobil, biaya pendidikan, dan lain-lain. Wow, ini bisa menimbulkan stres dan kekhawatiran, lho. Kondisi-kondisi berikut kemungkinan dirasakan juga oleh kelompok masyarakat ini.
Baca juga: Tantangan Mengelola Pendapatan yang Terbatas versus Kualitas Hidup
Perubahan Ekonomi
Kehidupan kelompok menengah biasanya sensitif terhadap perubahan ekonomi. Kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari saja sudah bisa memberi pengaruh langsung pada kestabilan keuangan keluarga.
Pendidikan
Tekanan pada persoalan lain juga dirasakan. Misalnya tekanan untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak. Hal ini bisa mencakup biaya pendidikan formal seperti sekolah swasta atau kuliah, serta biaya-biaya tambahan seperti les privat atau kegiatan ekstrakurikuler.