Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beras Semakin Sulit Ditemukan, Mau Apa?

3 Maret 2024   00:07 Diperbarui: 3 Maret 2024   21:45 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada apa dengan beras saat ini? 

Dalam beberapa waktu terakhir ini, perbincangan orang-orang khususnya ibu-ibu adalah mengeluhkan harga beras yang mahal. Beberapa bahkan mengatakan bahwa beras sulit ditemukan di beberapa minimarket atau supermarket. Saya agak tertegun mendengar keluhan mereka. 

Meskipun saat ini saya merasa tidak menemukan kesulitan untuk menemukan pedagang beras di sekitar rumah saya, tentu saya juga dapat merasakan keprihatinan yang dialami oleh ibu-ibu tersebut.

Ya, sejak dahulu, beras memang merupakan makanan pokok bagi mayarakat Indonesia. Kebiasaan mengolah beras menjadi makanan pokok memang telah membudaya bagi bangsa Indonesia. Bahkan, di tengah gempuran aneka makanan impor, beras yang menjadi bahan makanan olahan menjadi nasi selalu dinanti dan dirindukan oleh masyarakatnya.

Kebiasaan yang sudah menjadi habitus turun temurun ini tentu tidak mudah dihilangkan. Walau bagaimanapun, aroma dan cita rasa nasi memang nikmat dan mengenyangkan. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, ada kata-kata yang mengatakan bahwa jika belum memakan nasi, perut masih akan terasa lapar.

Di tengah gejolak sulitnya menemukan beras ini, muncul pertanyaan sederhana: bagaimana keadaan kita seandainya beras semakin sulit ditemukan atau sudah tidak ada lagi? Jika menunggu hasil proses tanam padi, tentunya sangat lama. Apakah manusia akan banyak yang meninggal? Persoalan apa yang akan muncul kemudian?  

Pertanyaan ini cukup logis dan manusiawi meskipun terdengar agak berlebihan. Beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi sudah mengatakan bahwa salah satu pemicu sulitnya menemukan stok beras di penjual adalah efek perubahan iklim yang mengganggu penanaman padi. Selain itu, menurut presiden, perubahan pada rantai pasokan beras juga turut mempengaruhi.

Kondisi ini juga tak lepas dari pengaruh transaksi ekonomi di masa prapemilu. Pembelian beras dalam jumlah yang besar kemungkinan besar juga terjadi sebagai bagian dari kampanye untuk menarik perhatian para konstituen menjelang pemilu. Bukan mustahil, kemungkinan itu mempengaruhi ketersediaan stok beras secara nasional. 

Apakah Ada Alternatif Makanan Pengganti?

Mari kita kembali pada pertanyaan sederhana sebelumnya. Jika kondisi terburuk terjadi demikian, apa strategi yang paling cepat dan tepat untuk mengatasi persoalan beras ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun