Nyaman.
Apabila saling menghormati keyakinan dan agama.
Masjid atau Gereja
Klentheng atau Vihara
Kuil atau Pagoda
Gunung atau Altar
Hanya sarana belaka.
Di sana yang terpokok:
Hati yang diunjukkan kepada-Nya.
Indah.
Tatkala orang beramai-ramai mengumpulkan sembako untuk sesama.
Yang tertimpa bencana atau kenaasan.
Tidak peduli siapa mereka.
Tak pandang bulu siapa yang celaka.
Sumbangkan apa yang ada,
entah punya harta atau tenaga,
Sejuk.
Kita ini beragam suku bangsa,
ada di bumi yang sama -- Indonesia.
Ada Batak, Dayak, Jawa, China, India, Asmat, Melayu, Sunda ...
Siapa pun kita, pasti merindukan sesuatu hal yang sama
: bersahabat dan bersaudara.
Untuk memuliakan hidup yang dianugerahkan-Nya.
Sukacita.
Atas keberhasilan siapa pun,
dalam menyumbang prestasi,
demi kemajuan hidup manusia.
Kalau kita iri, kita perlu bertanya pada diri,
Normalkah cara hidup kita?
Semangat.
Saat melihat orang lain berprestasi.
Tidak merintangi, apalagi mencundangi.
Menjadi kesempatan untuk mawas diri.
Damai.
Setiap orang mengulurkan salam.
Setiap hati membuka diri.
Tidak peduli siapa yang dihadapi.
Tidak pandang bulu,
dia kaya atau miskin.
Manis.
Manakala kita mau berbagi.
Buat siapa saja,
terutama yang amat memerlukannya.
Tidak cuma berupa materi,
Juga keramahan yang murni.
Apalagi kita tidak mungkin hidup sendiri.
Sorak.
Kepada siapa pun yang pantas disanjung.
Dengan luapan applaus hati siapa saja menjadi semarak.
Wajah siapa pun akan bertambah semanak,
Menerima reaksi yang sigrak.
Bijak.
Barangkali masih ada,
Bahkan banyak lagi bahwa "berbeda" itu memang bercahaya,
Seperti rumus Albert Einstein E = MC2.
Tentu, dengan syarat-syarat yang memuat suatu hikmah tertentu.
Namun, muara untuk menyelami perbedaan adalah bijak.
Upapan yang bijak
Ekspresi yang bijak
Salam yang bijak
Tanggapan yang bijak
Ajakan yang bijak
Pernyataan yang bijak
Kelakar yang bijak
Nyanyian yang bijak
Seruan yang bijak
Tepukan yang bijak
Sentuhan yang bijak
(mungkin) siulan yang bijak
(mungkin) umpatan yang bijak
(mungkin) gertakan yang bijak
(mungkin) godaan yang bijak
Rasa bijak harus ada dalam perbedaan
karena cukup dengan rasa bijak,
suatu perbedaan akan dipandang
tanpa menimbulkan sengketa.
Mau?
Solo, Desember 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H