Mohon tunggu...
Yoseph Krishna Wicaksono
Yoseph Krishna Wicaksono Mohon Tunggu... Jurnalis - Reporter

Saya merupakan Jurnalis Ekonomi yang terkonsentrasi di sektor Energi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amnesia

8 April 2016   12:40 Diperbarui: 8 April 2016   13:05 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berhenti!."
 "Ya? Kenapa?" Katanya setengah menoleh ke arah Danu.
 "Makasih ya. Gua gatau kalo gak ada barang ini gimana jadinya." Kata Danu sambil menatap Nokia 3310 itu.

Fristi berlalu begitu saja walaupun ia senyum senyum tanpa terlihat oleh Danu. Dia berusaha untuk memulihkan ingatan Danu tentang dirinya. 12 tahun lalu saat Fristi dan Danu masih duduk di kelas 2 SMA, Danu divonis dokter menderita Amnesia karena benturan yang keras dengan benda tumpul saat sekolahnya, SMAN 3 Bandung bentrok dengan musuh abadinya, SMK Karya Pertiwi.
Namun, perlahan tapi pasti dalam 4-5 tahun berikutnya, ingatan Danu sudah mulai pulih kecuali semua tentang Fristi. Saat teman teman yang lain berusaha untuk memulihkan Danu selagi penyakitnya masih segar, Fristi malah menutup diri. Lulus SMA, dia melanjutkan studi ke Jogjakarta, dan awalnya ia ingin menyegarkan pikirannya setelah kata kata pedas Danu di rumah sakit saat dokter memvonis penyakit Danu. Tujuan utama Fristi hanya itu, bukan untuk melanjutkan studi. Namun, semuanya berubah ketika ternyata Fristi berhasil masuk 10 besar lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Biarpun begitu, ia merasa semuanya hanya kebetulan.

Jakarta. Ya, Ibukota Indonesia yang mengajari kerasnya kehidupan itulah yang mempertemukan Fristi dan Danu. Tanpa mereka sadari, hampir setiap hari mereka bertemu di jalan, di stasiun, di dalam kereta, di dalam bis kota, dimanapun mereka bertemu. Namun Fristi pun tak menyadari apalagi Danu yang benar benar belum ingat akan Fristi. Bahkan, 4 kali mereka duduk bersampingan di dalam kereta, tak ada satupun dari mereka yang menyadari bahwa mereka adalah masih sepasang kekasih. Tak pernah ada kata putus semenjak Danu menderita Amnesia. Tak ada wanita lain semenjak Danu lulus SMA dan tak ada pria lain semenjak Fristi menginjakkan kaki di kota Jogja hingga kini mereka dipertemukan kembali di Jakarta.

3 Tahun hidup di Jakarta tanpa perkembangan, Fristi justru menjadi wanita cantik yang jahat. Sudah setahun dia masuk jaringan copet yang biasa operasi di kereta. Dan semenjak Fristi menjadi copet, Tuhan tidak pernah mempertemukan Fristi dan Danu lagi.
Pagi itu, kereta penuh sesak bahkan tidak ada ruang untuk menggerakkan kepala. Kereta jurusan Jakarta Kota itu mempertemukan Danu dan Fristi lagi di gerbong 5. Dan pagi itu, Fristi sedang menjalankan operasi.

Kereta tiba di Cawang, Danu turun dan bisa menghirup udara bebas setelah kurang lebih 15-20 menit terjebak dalam kandang manusia itu. Saat kereta sudah berangkat lagi, Danu baru menyadari bahwa handphone satu satunya yang ia miliki lenyap. Ia langsung down dan karena kondisinya itu, ia telat masuk kantor. Di kantor pun ia masih belum bisa fokus karena ponselnya yang lenyap itu. Semua kontak teman SMAnya ada di dalam ponsel itu dan ia benar benar merasa kehilangan.

*****

“Timo? Heri? Pratomo? Junaidi? Kasman? Ucup? Ahmad? Yos? Ginandjar? Siska? Tara? Diana? Hesti? Tia? Dan semuanya itu pake tulisan ‘Bandung’ dibelakangnya? Hape siapa nih ya? Nama nama ini kan nama nama orang yang ada di angkatan gue waktu SMA dulu. Ah kebetulan aja kali.”
 Begitu gumam Fristi saat mencoba melihat kontak yang ada di hp Danu, mantan kekasih yang menjadi korban operasinya. Menurutnya, itu hanya sebuah kebetulan. Mungkin saja sang pemilik ponsel memiliki teman yang sama dengan nama teman temannya.

Anehnya, 3 hari setelah ponsel itu ada ditangannya, tak ada niat sedikitpun untuk menjual ponsel itu. Sekalinya ia berniat untuk menjual, ada telepon masuk dari kontak bernama ‘Ginandjar Bandung’. Ia mengangkat dan benar saja, itu adalah suara Ginandjar Sudrajad, alumni SMAN 3 Bandung.

 “Halo Dan, apa kabar lu? Wah gila benerrr gak pernah contact gua lagi. Dan? Danu? Ini lu yang gak ngomong apa sinyalnya jelek? Wah jangan jangan lu lagi CLBK nih yaa sama Fristi?”
 “Ini Ginandjar Sudrajad alumni SMAN 3 Bandung?” Jawab Fristi sambil menatap kosong.
 “Iya. Loh kok cewek? Fristi apa bukan nih? Wah gila bener bener CLBK nih? Hahaha”

Fristi langsung menutup telepon dari Ginandjar tanpa menjawab pertanyaannya. Entah kenapa Fristi yang biasanya semangat melakoni kisah kehidupan dari hari ke hari menjadi diam tanpa kata. Dia benar benar tak membayangkan bahwa pelariannya ke Jakarta justru malah mempertemukannya lagi dengan Danu.
4 jam lebih ia hanya duduk di pelataran kontrakan yang ia sewa dengan menggenggam hp Danu yang sedari tadi mendapat 15 missed call dan 10 diantaranya adalah missed call dari teman alumni SMAN 3 Bandung.  Dengan tekad bulat, ia mau mencari tau dimana Danu.

Pagi hari keesokan harinya, Fristi sudah siap. Bukan untuk beroperasi, tapi untuk menguntil Danu mulai dari kereta, turun di stasiun Cawang, mengintil dari belakang menuju kantor Danu, menunggu Danu pulang kantor dan mengembalikan ponsel Danu.
 Tibalah saatnya, ia sudah menguntil Danu sampai sore hari dan ketika Danu pulang dari kantor, dia menguntil lagi hingga Danu menuju Taman Ismail Marzuki untuk menghadiri acara komunitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun