Dibalik gigitan manisnya kue keranjang, terdapat sebuah rahasia kuliner yang menghiasi meja makan dalam perayaan Tahun Baru Imlek selama berabad-abad.Â
Tradisi makanan Tionghoa ini tak hanya sekadar kudapan lezat, melainkan juga memiliki makna budaya yang dalam.Â
Dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung ketan, gula, dan air, sehingga menghasilkan kue dengan tekstur kenyal dan rasa gurih yang khas.Â
Dengan resep tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, kue keranjang menjadi bukti nyata bagaimana sebuah kudapan dapat menyimpan sejarah dan kekayaan budaya dalam setiap gigitannya.
Sejarah Kue Keranjang
Kue keranjang, atau yang juga dikenal sebagai nian gao dalam bahasa Tionghoa, melibatkan legenda kuno serta tradisi yang kaya akan makna budaya.Â
Menurut cerita-cerita yang mungkin sering kita dengar dari generasi ke generasi, kue keranjang memiliki akar yang dalam  atas perayaan Tahun Baru Imlek.
Salah satu legenda yang paling terkenal adalah tentang seekor monster bernama Nian, yang konon menyerang desa-desa pada malam tahun baru untuk memangsa penduduk, ternyata sangat takut pada warna merah, suara keras, dan api.Â
Menurut legenda tersebut, penduduk desa menemukan bahwa kue yang dibuat dari ketan yang ditempeli dengan merah dan dipanggang dengan keras, atau "keranjang" seperti yang dikenal dalam bahasa Mandarin, mampu menakut-nakuti monster tersebut dan melindungi mereka.Â
Sejak saat itu, kue keranjang menjadi simbol perlindungan, keberuntungan, dan kemakmuran dalam perayaan Imlek.