Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kelembutan Meluluhkan Kekerasan Hati

18 Juni 2022   15:32 Diperbarui: 18 Juni 2022   17:55 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by RODNAE Productions from www.pexels.com

Namun, sebenarnya lemah lembut berbicara apa yang ada di dalam yaitu kebaikan hati, kerendahan hati, kehalusan budi pekerti. Meskipun kelembutan juga bisa terpancar ke luar misalnya bukan pemarah, berlaku sopan, dan ramah.

Walaupun ada saja orang yang berpura-purah ramah, sopan, dan lembut tetapi di dalam hatinya penuh dengan kebusukan dan tipu muslihat, terhadap yang seperti ini berarti bukan termasuk orang yang memiliki sikap kelembutan.

Photo by RODNAE Productions from www.pexels.com
Photo by RODNAE Productions from www.pexels.com

Kisah Agam dan Galang

Kisah ini datang dari daratan Aceh Tengah, tepatnya di dataran tinggi Gayo, penghasil kopi arabika yang sangat terkenal karena aromanya yang kuat dan konon merupakan harga kopi termahal di seluruh dunia.

Namun, kita tidak akan membahas mengenai kopi yang kental itu ya?

Adalah Agam seorang petani kopi yang cukup berhasil di antara banyak petani kopi yang ada di desanya, ia sangat berbahagia tinggal bersama istri dan dua anaknya yang masih sekolah.

Sementara Galang yang tinggal di desa berbeda, kerap kali membuat ulah dengan mencuri biji kopi yang dilakukan pada malam hari, pada waktu penduduk tertidur. Sebenarnya para petani sudah menaruh curiga, tetapi ia tidak berani menangkap karena Galang dikenal sebagai orang yang bengis.

Galang sendiri membutuhkan banyak uang untuk membiaya anaknya yang sakit lumpuh, sementara ia tidak memiliki pekerjaaan tetap, jadi mencuri biji kopi menjadi solusi pria berbadan tegap itu.

Ilustrasi memetik biji kopi (Sumber foto lintasgayo.com)
Ilustrasi memetik biji kopi (Sumber foto lintasgayo.com)

Sepertinya sebuah peribahasa "sepandai pandainya tupai melompat akan jatuh ke tanah juga" itulah yang menimpa Galang. Pada suatu malam ketika sedang menjalankan aksinya diketahui oleh sang petani, Agam. "Bang sedang ngapain? jangan kaget ya, silakan ambil saja biji-biji kopi itu" pinta Agam tanpa ragu kepada Galang.

Galang membalikkan badan sembari menyembunyikan karung yang sebagian sudah terisi biji kopi. "Kamu mau menjebak aku ya? dan melaporkan ke polisi?" seru Galang menantang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun