"Setelah berusia tua, Socrates belajar musik. Lalu ada orang berkata padanya, "Apakah engkau tidak malu belajar di usia tua?". Dia menjawab, "Aku merasa lebih malu menjadi orang yang bodoh di usia tua." -- Socrates, Filsuf dari Yunani 469 SM - 399 SM
Akankah kamu merasa malu jika melakukan hal-hal yang tidak terpuji? Bila demikian kamu menjadi pribadi yang menghargai citra diri. Sementara ada orang yang merasa tidak malu ketika melakukan keburukan, bahkan kejahatan sekalipun.
Perang antara Rusia dan Ukraina telah membawa kisah kemanusiaan yang mengharukan. Adalah Mikhael Golubtsov, seorang warna negara Rusia yang memiliki hotel di Serbia yang menawarkan kamar hotelnya untuk digunakan para pengungsi Ukrania yang berlindung di Serbia secara gratis.
Pada awalnya Golubtsov terkejut Rusia melakukan invasi ke Ukraina dan berinisiatif kamar hotelnya digunakan untuk menampung para pengungsi Ukraina yang sebenarnya sebagai musuh Rusia.
PBB mencatat terdapat 3,8 juta warga Ukraina mengungsi ke berbagai negara yaitu Polandia, Rumania, dan Serbia. Di Serbia sendiri, ada sekitar 2.500 orang yang mengungsi sejak meletusnya perang.
Pada tahun 2014 saat peristiwa Rusia mengambil alih Krimea dari Ukraina, Golubtsov (58) memutuskan hengkang dari negeri beruang merah itu dan merintis usaha hotel di pinggiran Serbia.
Apa sebenarnya yang menjadi motivasi Golubtsov menolong para pengungsi? Dalam keterangannya ia mengaku merasa malu dengan negaranya Rusia yang menginvasi Ukraina. Itu sebagai bukti kecintaannya pada negara dan sikap moralitas yang tinggi.
Sepintas motivasi Golubtsov sepele, hanya karena merasa malu, namun berdampak besar bagi kepentingan orang banyak. Ia telah menolong banyak orang yang mengalami kesusahan dan sikapnya telah menjadi perhatian dunia, seperti yang diberitakan kantor berita Reuters.
Sikap malu dimengerti sebagai merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dan sebagainya) karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan, dan sebagainya).