Dunia yang kita tempati ini bukan suatu tempat abadi, namun hanya sementara. Semua yang ada akan berakhir termasuk tubuh kita. Jika semua akan berakhir mengapa harus diperjuangkan mati-matian?
Sementara ada dunia baru yang kekal yang perlu diperjuangkan dengan sepenuh hati. Semua yang kita miliki akan ditinggalkan dan hanya perbuatan-perbuatan yang menyertai. Maka berlomba-lombalah melakukan kebajikan.
Ketiga, Mempersiapkan diri
Tujuan hidup kita bukan yang terlihat saat ini, namun jauh lebih dari itu yaitu tujuan yang tidak kelihatan yang akan membawa dalam kehidupan kekal. Maksud yang tidak terlihat adalah pikiran, perkataan, perilaku, kebaikan, belas kasih, hingga kesucian hati.
Kehidupan di muka bumi ini bukan menjadi pelabuhan akhir, namun dalam upaya mempersiapkan diri untuk masuk kehidupan kekal dengan cara memperbaruhi kehidupan dalam segala aspek kehidupan, baik karakter maupun pekerjaan yang kita jalankan.
Keempat, Seolah Tuhan membiarkan
Layak atau tidaknya umat dikenan oleh Sang Khalik bukan karena jabatan, gelar, popularitas maupun seberapa besar telah berkorban, namun kesucian dan kesungguhan hati untuk melakukan kehendak-Nya.
Jika Tuhan tidak menegur dosa yang kita lakukan bukan berarti Dia membiarkan kita atau mendukung tindakan kita, namun hukuman yang akan dijatuhkan merupakan akumulasi selama manusia hidup.
***
Itulah 4 sikap umat sebagai manusia percaya yang patut kita mengerti dan lakukan. Kehidupan manusia ini sangat singkat dibandngkan dengan kekekalan yang tidak akan berakhir. Jadi jika kita tidak berhasil di dunia bukan menjadi alasan untuk kita menjauh dari Sang Khalik.
Mungkin kita bisa gagal dalam studi, karier, usaha, rumah tangga, dan mengalami sakit penyakit itu hanya bertahan selama kita hidup. Jika kita mau bertahan dan tetap setia kepada Sang Khalik maka kemenangan dapat kita raih. (KB)
Rujukan:
Do People Still Believe in Life After Death. (Relationships in America.com)