Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (2021). Ketika Kita Harus Memilih (2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (2022). Merajut Keabadian (2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mampukah Menjadikan Allah sebagai Pusat Kehidupan?

24 Maret 2022   11:49 Diperbarui: 24 Maret 2022   16:41 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup berpusat pada Allah (Sumber foto Pexels.com)

Allah tidak berbicara langsung kepada umat, namun melalui kitab, kesaksian, dan orang-orang yang diutus untuk memberitakan kebenaran. Di sini dibutuhkan pikiran dan hati yang terbuka untuk dapat memahami dan menerima kebenaran itu.

Dua, Manusia berurusan dengan Tuhan

Orang percaya meyakini bahwa apa yang dilakukan selama di dunia akan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan, ia akan menghadapi pengadilan untuk menentukan apakah layak hidup bersama atau terpisah dengan Tuhan selamanya.

Mungkin kita bisa mengelabuhi selama hidup di dunia dan berpura-pura menjalankan ibadah untuk menutupi kelakuannya yang buruk, namun Tuhan melihat kedalaman hati setiap manusia.

Tiga, Tuhan adalah hukumnya

Orang yang menempatkan Tuhan sebagai hukumnya akan berusaha untuk dekat kepada Tuhan dan berusaha mengetahui akan setiap kehendak Tuhan. Mereka yang menjalankan hukum Tuhan akan menghormati pemerintahan dunia.

Melakukan kehendak-Nya merupakan nutrisi penting yang akan membawa manusia dapat masuk dalam kehidupan abadi. Mereka tidak terikat lagi dengan dunia, namun mengikatkan diri pada perkara-perkara spiritual.

Empat, Memperbaiki diri

Orang-orang yang berpusat pada Allah akan terus melakukan instropeksi diri apakah yang telah dilakukan sudah sesuai dengan kehendak-Nya. Mereka akan memperbaiki diri hari demi hari hingga menutup mata.

Tidak hanya sekedar tidak melakukan kejahatan yang terlihat, namun memperbaiki hati dan pikiran sampai dimurnikan dan mencapai suatu keadaan yang dikehendaki oleh Tuhan.

***

Manusia dihadapkan dua pilihan yaitu apakah hidupnya hendak berpusat pada Allah, atau hidupnya berpusat pada dirinya sendiri. Realitas kehidupan berpusat pada manusia sepertinya enak, dapat berbuat apa saja untuk memuaskan hawa nafsunya. Mereka tidak sadar bahwa penghukuman akan dilakukan setelah dunia berakhir.

Sedangkan orang-orang yang hidupnya berpusat pada Allah, seolah-olah hidupnya dibatasi oleh hukum, namun di dalam nuraninya ada kebahagiaan, kedamain, dan menikmati kehidupan karena mereka tahu kemana tempatnya setelah kematian. Secara manusia mungkin mustahil, namun di dalam Tuhan tidak ada yang mustahil. (KB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun