Jika gambaran atau kesan yang menjadi tujuan dari pencitraan, maka akan terdapat tiga kategori pencitraan yaitu:
Satu, Meningkatkan pencitraan (upgrade)
Orang-orang dalam kategori ini menolak realitas, mereka ingin dikesankan memiliki tingkatan tertentu melebihi dari kenyataan yang dialami. Mereka ini mengenakan topeng agar identitas dirinya yang sebenarnya tidak diketahui.
Pencitraan up grade jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat menyiksa diri karena harus bersandiwara dan dari sisi keuangan akan mengalami pemborosan. Selain itu jika sampai diketahui oleh orang lain akan keadaan yang sesungguhnya akan lelah harus memberikan klarifikasi.
Dua, Pencitraan realistis (realgrade)
Pada kategori ini pencitraan dilakukan hanya untuk memberikan informasi yang sebenarnya akan keadaan yang sesungguhnya dialami. Jika tidak ada penggambaran yang dibangun, maka bisa saja orang lain memberikan kesan yang negatif.
Mereka ini bisa hidup tenang, karena apa yang dikenakan, dimiliki, dan digunakan sesuai dengan keperluan dan keuangan yang ada. Umumnya mereka tidak memiliki ambisi dan selalu mesyukuri apa yang ada.
Tiga, Menurunkan pencitraan (downgrade)
Mereka yang masuk dalam kategori ini malah berusaha menurunkan tingkatannya, mereka lebih memilih hidup sederhana dan tidak mau hidup dalam kemewahan. Mereka sebenarnya mampu membeli sesuatu dengan harga tertentu, namun itu tidak dilakukan.
Orang-orang ini tidak menyukai barang-barang konsumtif dan branded, tetapi lebih menyukai barang-barang produktif, investasi, dan menabung untuk masa depan. Mereka adalah orang-orang yang pintar megelola keuangan.
Lalu bagaimakan sebaiknya pencitraan kita lakukan? Apakah pencitraan itu perlu? Untuk orang-orang dengan jabatan tertentu memang memerlukan pencitraan minimal sebagai saluran komunikasi dengan masyarakat, untuk memberi tahu aktivitas, visi, dan program yang dijalankan.
Berikut ini sedikit panduan jika kita ingin membangun pencitraan:
Satu, Melakukan tanpa mengharapkan pujian
Sekiranya kita bersedia belajar untuk melakukan apa saja tanpa mengharapkan pujian dari orang lain. Misalnya jika kita memberikan bantuan itu bukan untuk tujuan diekspos media agar orang menilai kita seorang darmawan, namun semua itu dikerjakan dengan ketulusan.