Secara umum diversifikasi dapat dilakukan dengan kondisi produk atau layanan dalam keadaan baru, demikian juga sasaran pasar juga baru. Namun, jika diperinci akan terdapat 3 model diversifikasi produk.
Pertama, Diversifikasi konsentris vertikal
Diversifikasi konsentris vertikal dijalankan dengan cara menambahkan produk atau layanan serupa ke dalam bisnis yang ada, secara vertikal dari hulu ke hilir. Misalnya industri pertanian mengembangkan bisnis: tepung, kemudian industri makanan, dan industri retail (mini market).
Kedua, Diversifikasi konsentris horizontal
Diversifikasi horizontal dilakukan dengan cara megembangkan produk atau layanan baru secara horizontal atau ke samping. Misalnya industri kulit: mengembangkan produk dompet, sepatu, dan tas. Meskipun dalam perkembangannya produk tidak harus terbuat dari kulit.
Ketiga, Diversifikasi konglomerat
Diversifikasi konglomerat dijalankan dengan strategi mengembangkan produk atau layanan yang tidak terkait dengan bisnis inti yang sudah ada. Misalnya korporasi salim Group mengembangkan beberapa industri: makanan & minuman (Indofood), otomotif (Indomobil), retail waralaba (Indomaret dan Super Indo), grosir (Indogrosir), asuransi (Indolife) dan semen (Indocement).
Diversifikasi dipilih sebagai langkah antisipasi jikalau bisnis inti mengalami penurunan keuntungan. Juga dapat memaksimalkan sumber daya yang tersedia dalam organisasi. Di bawah ini adalah langkah-langkah di dalam menerapkan diversifikasi.
Terdapat 5 Langkah dalam merancang diversifikasi produk
Satu, Bisnis atau pasar yang dipilih untuk diversifikasi harus menarik dan memiliki keunggulan kompetitif, jika tidak akan menjadi beban unit bisnis lainnya. Peran bagian riset dan pengembangan untuk menganalisis dan merancang bisnis baru yang prospektif.
Dua, Biaya yang dikeluargan dalam diversifikasi jangan sampai menggunakan biaya yang terlalu besar. Investasikan dari sebagian keuntungan perusahaan, jika bisnisnya sudah bertumbuh maka dapat dikembangkan lebih besar lagi.
Tiga, Maksimalkan sumber daya dan potensi bisnis yang sudah ada. Terkadang terdapat organisasi yang mengalami surplus sumber daya, sementara bisnis inti sudah berjalan dengan baik, di sini manajemen perlu membuka peluang bisnis baru