Perusahaan-perusahaan manufakturing mulai berpindah dari tenaga manusia ke tenaga mesin. Perusahaan juga akan menerapkan digitalisasi, meninggalkan cara-cara manual. Hal ini akan memudahkan dalam manajemen dan komunikasi antar lini dan pemangku kepentingan.
Tiga, Proses bisnis dan supply chain
Organisasi perlu membuat sistem yang terintegrasi antar lini dari hulu hingga ke hilir. Mulai dari belanja barang mentah sampai pada distribusi. Di sini perusahaan dapat memilih rekanan (pemasok dan distributor) yang tepat agar proses bisnis berjalan dengan baik.
Empat, Pendayagunaan karyawan
Untuk mendukung organisasi agar efektif maka dibutuhkan karyawan-karyawan unggul, hal ini menjadi tantangan praktisi HR untuk merekrut karyawan terbaik dan memberikan pelatihan yang tepat. Karyawan harus di dayagunakan dan terlibat secara maksimal.
Lima, Organisasi ramping dan gesit
Organisasi yang gemuk dan lamban sudah tidak zamannya lagi, karena akan memperbanyak biaya operasional. Namun organisasi yang ramping dan gesit akan mudah menyesuaikan perubahan pasar, karena lebih leluasa menggunakan biaya.
---
Pengalaman para CEO dalam melewati masa kritis pandemi menjadi pelajaran yang berharga dalam membuat model bisnis yang dapat bertahan, efisien dan jangka panjang. Mereka tidak ingin organisasi rapuh dan mudah terguncang.
CEO akan fokus pada sumber daya manusia dan merancang sistem dengan teknologi digital yang terintegrasi, efisien dan efektif. Tidak menutup kemungkinan karena keterbatasan kemampuan organisasi dan ketatnya persaingan akan memaksa organisasi untuk berkolaborasi. (KB)
Rujukan:
Databoks.katadata.co.id
Www.pwc.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H