"Coaching membuka potensi orang untuk memaksimalkan kinerja mereka sendiri. Hal ini lebih sering membantu mereka untuk belajar daripada mengajar mereka." John Whitmore, author and founder of the GROW Model of Coaching.
Perkembangan teknologi digital telah mengubah ekosistem bisnis. Organisasi dituntut kreatif untuk melakukan perbaikan-perbaikan baik pada sisi manajemen maupun SDM.
Selain itu organisasi harus cerdik menganalisis perubahan perilaku konsumen dan dapat menangkap peluang yang ada sebagai dampak dari perkembangan teknologi digital yang begitu cepat.
Organisasi dapat mempelajari strategi pesaing dan mengalihkan pelanggannya kepada produk atau layanan. Namun, organisasi juga dapat menjalin kolaborasi dengan siapa saja, termasuk kompetitor untuk membuat produk yang disukai konsumen.
Salah satu upaya yang cukup signifikan agar bisnis bertumbuh adalah dengan memaksimalkan kinerja SDM melalui coaching. SDM menjadi human capital yang tak ternilai dan berdampak besar.
Mari kita akan belajar apa itu coaching.
Sejarah Coaching
Isilah coaching pertama kali dikenal tahun 1830, untuk bimbingan para mahasiswa di Oxford University. Kala itu dosen pembimbing yang berhasil menghantarkan mahasiswa lulus dengan baik disebut dengan coach.
Tahun 1861 para pelatih olahraga menggunakan istilah coaching untuk menangani para atlet. Mereka dibimbing melalui latihan agar menjadi atlet yang tangguh dan meraih juara. Kepada pelatih yang berhasil itu dijuluki coach.
Adalah John Whitmore, seorang penulis dan atlet balap mobil, bersama dengan Thomas J. Leonard, seorang eksekutif dan penulis memperkenalkan coaching pada dunia bisnis tahun 1970.
Akhirnya tahun 1995, mereka berdua dan teman-temanya mendirikan Internasional Coach Federation (ICF), sebagai organisasi profesi coach.