Pria kelahiran Hamamatsu, Jepang, 17 November 1906 itu tidak putus asa. Berawal dari merakit sepeda yang di tempel mesin pemancar radio, jadilah sepeda bermesin radio. Meski sepeda dapat beroperasi jika mesinnya dipanaskan dalam api dan digenjot selama 30 menit terlebih dahulu.
Akhirnya Soichiro mengembangkan sepeda motor mesin 2 tak 98 CC dengan kecepatan maksimal 50 kilometer per jam. Soichiro bekerja sama dengan ahli pemasaran Fujisawa membangun pabrik sepeda motor dan memproduksi sepeda motor mesin 4 tak.
Kini Honda Motor Company, Ltd tidak saja memproduksi sepeda motor, namun juga skuter, mobil, truk, ATV, generator, mesin kelautan dan peralatan taman. Honda menjadi produsen sepeda motor terbesar dunia sejak tahun 1959.
Keberhasilan industri raksasa Honda tidak lepas dari peran besar sang pendiri Soichiro Honda. Ia dikenal sebagai pribadi yang gigih, tekun, disiplin, kerja keras, pantang menyerah, dedikasi dan mau belajar.
Karakter dan nilai-nilai dari Soichiro Honda merupakan filosofi dalam bekerja yang dibangun di dalam perusahaannya menjadi budaya organisasi atau corporate culture.
Pengertian Budaya Organisasi
Menurut Mowat (2002) budaya organisasi adalah "the personality of the organization: the shared beliefs, values and behaviours of the group. It is symbolic, holistic, and unifying, stable, and difficult to change."
Budaya organisasi adalah keyakinan, nilai, dan perilaku kelompok bersama, merupakan simbolis, holistik, dan pemersatu, stabil, dan sulit diubah. Artinya budaya organisasi sulit untuk diubah karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah berlangsung lama.
Budaya organisasi merupakan pembeda antara perusahaan satu dengan lainnya. Organisasi dapat merekrut orang hebat dan meniru produk tetapi tidak bisa menerapkan budaya organisasi perusahaan lain ke dalam perusahaannya.
Proses Terbentuknya Budaya Organisasi
Menurut Robbins (2008) dibutuhkan waktu yang lama untuk dapat membentuk budaya organisasi. Sekali terbentuk, budaya tersebut cenderung berakar.
Budaya organisasi diturunkan dari filosofi pendiri kemudian filosofi tersebut menjadi kriteria yang digunakan di dalam merekrut manajemen puncak.