Tidak sedikit perusahaan yang hanya mengejar keuntungan semata, tanpa memperhatikan dampak negatif bisnis terhadap manusia dan lingkungan.
Ada sebagian orang yang mengeluhkan dampak negatif suatu produk terhadap kesehatan. Misalnya produk makanan cepat saji ayam goreng tepung, jika dimakan secara terus menerus akan menyebabkan gangguan kesehatan.
Juga terkait dengan pencemaran air sungai yang diakibatkan oleh perusahaan yang membuang limbah tanpa diolah terlebih dahulu akan merusak sungai dan ekosistemnya.
Sebenarnya banyak perusahaan yang sudah mencanangkan program CSR (Corporate Social Responsibility) dan itu berarti bukan tidak bermanfaat. Namun, dalam praktiknya terkadang kegiatan CSR tidak memberikan solusi atas akibat dari bisnis yang dijalankan.
Sebagai contoh perusahaan rokok yang akan berdampak pada kesehatan jantung dan paru-paru bagi para pemakainya. Tetapi program CSR mengenai beasiswa pendidikan atau sponsor acara-acara badminton. Bukankah akan lebih baik kalau kegiatan CSR misalnya membangun rumah sakit jantung dan paru-paru?
Pengertian Bisnis Berkelanjutan
Bisnis berkelanjutan (sustainable business) atau dapat juga disebut bisnis hijau (green bisnis) adalah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dengan dampak yang minimal terhadap lingkungan (Planet), masyarakat (People), dan tetap menghasilkan keuntungan (Profit).
Perusahaan tidak boleh meraih keuntungan dengan mengabaikan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan. Sebaliknya perusahaan mendapatkan keuntungan karena telah menjalankan bisnis beretika dengan meminimalkan dampak baik terhadap manusia dan lingkungan.
Bisnis berkelanjutan bukan bisnis yang berorientasi jangka pendek. Namun, berkesinambungan dan berlangsung terus menerus. Hal ini dapat dijalankan oleh organisasi bisnis yang memiliki integritas moral yang tinggi.
Pentingnya menjaga lingkungan baik tanah, air, dan udara bertujuan agar generasi penerus masih dapat menikmati kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang memadai.
Pada bagian atas telah disinggung dengan istilah 3P yaitu Profit, People dan Planet yang mengacu pada bisnis yang menguntungkan (Profit), tidak mengabaikan faktor manusia (People) dan tidak merusak lingkungan (Planet).
Triple Bottom Line
Triple Bottom Line (TBL) yang dikenal dengan 3P, pertama kali diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1994, seperti yang tertulis dalam bukunya Cannibals with Forks. John adalah seorang konsultan Sustainable yang telah membantu perusahaan-perusahaan menyusun program CSR.
John menyarankan perusahaan menyiapkan tiga garis bawah secara terpisah yaitu profit, people dan planet.
#Profit
Semua perusahaan fokus untuk mengejar keuntungan. Semakin besar keuntungan akan berpengaruh cukup besar bagi para pemangku kepentingan (stake holder). Di dalam meraih keuntungan sebaiknya perusahaan tetap menegakkan kaidah-kaidah etika dalam berbisnis.
Perbaikan berkelanjutan (continues imprvovement) dan kreativitas nilai (value creation) atas produk menjadi penentu suatu keuntungan bisnis. Artinya perusahaan dapat memperoleh laba melalui kepuasan konsumen atas suatu produk.
Dengan demikian produktivitas akan meningkat. Organisasi bisnis juga dapat menerapkan efisiensi biaya operasional, agar margin keuntungan semakin besar.
#People
Dampak positif suatu bisnis tidak saja dinikmati oleh para pemangku kepentingan. Namun, juga masyarakat baik di sekitar lokasi perusahaan dan para pengguna produk.
Perusahaan dan masyarakat menjadi hubungan yang saling menguntungkan (mutual benefit), perusahaan membutuhkan masyarakat demikian juga sebaliknya.
Organisasi bisnis dapat memprioritaskan masyarakat sekitar untuk bekerja di perusahaan. Dan dapat memberikan dampak positif masyarakat sekitar, misalnya pembangunan sarana air bersih, pembinaan wirausaha dan sebagainya.
#Planet
Keberadaan perusahaan harus dapat menciptakan lingkungan yang baik dan aman bagi masyarakat sekitar. Jangan sampai mencemarkan tanah, air dan udara.
Perusahaan dapat bekerja sama dengan konsultan lingkungan dan melibatkan pemerintah untuk dapat mengelola polusi udara dari asap pabrik dan pembuangan limbah yang berbahaya bagi udara, tanah, dan air sungai.
Misalnya dengan mengurangi penggunaan sumber daya alam yang berlebihan dan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan (go green).
Lalu bagaimanakah implementasi dari program 3P agar efektif dan efisien?
#1. Perusahaan ikut berpartisipasi dalam menjaga kehidupan sosial dan lingkungan. Misalnya mendaur ulang (Recycle) limbah supaya tidak berbahaya dan malah dapat digunakan (Reuse) oleh masyarakat.
#2. Dalam proses produksinya, perusahaan sebaiknya mengurangi (Reduce) ketergantungan dengan sumber daya alam. Misalnya ketergantungan dengan energi listrik, mengurangi bahan produksi dari kayu, mengurangi penggunaan bahan plastik dan sebagainya.
#3. Perusahaan dapat mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan produk agar tidak sia-sia. Misalnya perusahaan otomotif memberikan edukasi mengenai penghematan BBM (Bahan Bakar Minyak).
Bagi perusahaan yang berpikir sempit program 3P dianggap akan menghambat proses bisnis dalam meraih keuntungan. Namun, sejatinya justru perusahaan akan banyak memperoleh manfaat.
Beberapa manfaat yang dimaksud adalah:
#1. Brand akan meningkat karena masyarakat tahu bahwa perusahaan tersebut telah menjalankan prinsip bisnis berkelanjutan.
#2. Pelanggan merasa aman dan nyaman menggunakan produk atau jasa yang telah dikelola dengan baik oleh perusahaan yang beretika.
#3. Pemilik modal atau pemegang saham (share holder) tidak khawatir menempatkan dananya pada perusahaan tersebut.
#4. Pemerintah dan aktivis lingkungan hidup akan mendukung penuh perusahaan yang berkomitmen untuk mewujudkan program 3P dan dapat menjadi mitra strategis.
#5. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) akan meningkatkan produktivitas, kinerja perusahaan, dan keuntungan perusahaan.
***
Jadi jika para pemilik dan pemimpin perusahaan ingin tidur nyenyak, maka ajak semua pemangku kepentingan untuk duduk bersama menyusun rencana bisnis yang berorientasi pada triple bottom line.
Program 3P apabila dijalankan dengan baik, perusahaan tidak saja mendapatkan keuntungan materi, namun juga keuntungan non materi berupa penghargaan, pengakuan dan ketenangan dalam berbisnis.
Perusahaan akan mendapatkan reputasi yang baik, seluruh pemangku kepentingan puas dan akan meninggalkan legacy bagi generasi penerus.
Rujukan :
1. dictio.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H