Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) putra sulung Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengundurkan diri sebagai prajurit TNI September 2016 dengan pangkat terakhir Mayor Infanteri.
Pengunduran diri itu terkait dengan pencalonan dirinya sebagai  calon gubernur dalam gelaran Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
AHY berpasangan dengan Sylviana Murni menantang duet Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Namun AHY harus meninggalkan arena karena kalah dalam pemilihan putaran pertama. AHY-Sylvi hanya memperoleh 17.07% suara, sementara Anies-Sandi 39,95 suara dan Ahok-Djarot 42,99% suara. Pada putaran ke dua walaupun unggul, Ahok-Djarot dikalahkan Anies-Sandi.
Menyayangkan AHY Mundur dari TNI
Banyak pihak yang menyayangkan AHY mundur dari prajurit TNI. Panglima TNI waktu itu, Gatot Nurmantyo memberikan penjelasan bahwa AHY sejak SMA Taruna Nusantara mendapat peringkat 1 kemudian di Akademi Militer memperoleh bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik.
Dari segi mental, fisik dan intelektual, ketiganya ada pada dirinya, sebenarnya AHY sudah dipersiapkan sebagai calon pemimpin masa depan di TNI.
Ia mempunyai 3 gelar master yakni dari Nanyang Technological University (Singapura), Harvard University dan Webster University (Amerika Serikat).
"Saya menyayangkan. Saya sudah siapkan sebagai kader. Lihat kadernya pilih berpolitik, berat tapi itu hak pribadi. Yang lainnya pasti nanti ada lagi," imbuh Gatot.
Sejumlah warga net menduga keputusan AHY tidak lepas dari keinginan orang tuanya, agar AHY segera meneruskan dinasti Ayahnya. Tetapi pendapat itu dibantah.
"Tidak ada orang tua yang korbankan anaknya. Saya memilih menjadi taruna militer pilihan sendiri. Tahun 2016 ini, tentu sudah semakin dewasa dengan kepribadian dan karakter yang kokoh. Tidak ada yang bisa memaksa saya, orang tua saya tidak pernah memaksa saya memilih jalan yang tidak saya kehendaki," tegas AHY.
Alasan yang agak berbeda di rilis dari situs mediahoki.net, bahwa AHY keluar dari TNI disebabkan karena cedera syaraf terjepit (HNP) pada tulang bahu.
Cedera ini menyebabkan AHY terganggu pada waktu berlari. Apabila AHY terus berkarier di TNI maka diramalkan pangkatnya akan mentok sampai Kolonel, benarkah demikian? Wallahualam.
Dengan pertimbangan tersebut maka AHY mengambil keputusan untuk putar haluan dan memilih jalur dunia politik. Bagi dirinya terjun ke politik untuk kepentingan rakyat.
Pencapaian Tidak Sebanding dengan Pertaruhan
Setelah gagal dalam kontestasi Pilgub DKI Jakarta 2017, kemudian AHY mendirikan The Yudhoyono Institute yang berfokus pada isu-isu strategis baik nasional, regional maupun global.
Satu tahun kemudian Partai Demokrat menunjuk AHY sebagai Kogasma (Ketua Komando satuan Tugas Bersama), walaupun mendapatkan kritik dari sebagian senior partai bahwa lembaga  itu tidak tercantum dalam AD/ART partai.
Pada Pilpres 2019 AHY sempat masuk bursa calon presiden dan wakil presiden. Tetapi keberuntungan belum berpihak pada dirinya.
Demikian juga namanya tidak masuk dalam jajaran kabinet Joko Widodo, sementara tokoh lain yang ia dukung sebelumnya, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno berhasil mendapat jabatan menteri.
Hal ini diduga sebagai akibat buruknya hubungan antara Ketua Umum PDIP Megawati dengan Mantan Presiden SBY. Walaupun AHY sudah mengambil inisiatif untuk bertemu dengan Megawati, toh belum dapat mengetuk hati putri proklamator Soekarno itu.
Akhirnya berkat peran Ayahanda, AHY dipilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat periode 2020--2025 dalam Kongres Partai Demokrat pada bulan Maret 2020.
***
Kegagalan AHY dalam ajang Pilgub DKI Jakarta 2017 dan kandasnya sebagai capres atau cawapres 2019 menjadi salah satu dasar para senior partai berusaha mengambil alih nakhoda Partai Demokrat.
Mereka meragukan kepemimpinan AHY dapat menaikkan suara partai berlambang bintang mercy tersebut dalam ajang pemilu tahun 2024.
Seperti diketahui Partai Demokrat pernah berjaya pada era SBY pada tahun 2009 sebagai pemenang pemilu, tetapi setelah itu menurun. Pada pemilu 2014 mendapat 10,9% suara dan lima tahun kemudian memperoleh 7,77% suara.
Kini tugas berat ada di pundak AHY, rupa-rupanya pengalaman sebagai Komandan Batalyon Infanteri, belum cukup memadai untuk modal amunisi meraih kursi RI-1 atau RI-2 bahkan DKI-1 sekalipun.
Persoalan terdekat bagaimana membuat partai solid menghadapi upaya kudeta baik dari internal maupun eksternal partai. Bisa jadi jabatan ketua umum dapat lepas, dan akan lebih sulit lagi untuk dapat berkiprah di pentas perpolitikan nasional.
Jangan sampai kekecewaan muncul kemudian, andai tetap di jalur TNI bisa jadi tahun 2032 ada Jenderal TNI bernama Agus Harimurti Yudhoyono (54) yang kemudian disumpah menjadi Presiden RI.
Itu semua tidak lepas dari peran sang adik, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang mengusung kakaknya menjadi Capres dari Partai Demokrat karena dirinya menjadi ketua umum. (KB)
Rujukan:
- Kompas.com
- Liputan6.com
- Kumparan.com
- Republika.co.id
- Tirto.id
- Detik.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H