Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perbedaan Budaya, Apakah Menjadi Masalah dalam Pernikahan?

7 Januari 2021   07:28 Diperbarui: 7 Januari 2021   07:47 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan(ferlistockphoto, dalam money.kompas.com)

Berbicara masalah pernikahan pasti banyak kisah yang dapat diceritakan. Dua insan yang awalnya tidak saling mengenal kemudian pacaran dan hidup bersama.

Sewaktu pacaran dapat dijalani bersama dengan penuh kebahagiaan karena masing-masing dapat menutupi kelemahannya dan berusaha memunculkan kelebihan-kelebihan.

Namun berjalannya waktu ketika cinta mulai pudar dan kelemahan mulai terlihat terkadang persoalan timbul. Di sini dibutuhkan kedewasaan untuk menerima kekurangan pasangan.

Pasangan yang dapat menahan diri dan bersedia untuk memberikan kebahagiaan akan berjalan aman. Tetapi ada sebagian yang harus kandas karena terlalu menuntut pasangan sempurna. Selain itu perbedaan budaya dapat menjadi pemicu konflik rumah tangga.

#Budaya Jawa

Untuk menghindari kesalahan dalam memilih pasangan, biasanya orang tua menerapkan  kriteria-kriteria tertentu kepada calon menantu. Dalam budaya Jawa di kenal istilah bibit, bobot dan bebet.

Bibit dapat diartikan sebagai benih, untuk mendapatkan buah yang baik maka benihnya harus yang bagus. Untuk mendapatkan keturunan yang baik maka diperlukan orang tua yang jelas asal usulnya.

Kemudian bobot di maknai sebagai nilai seseorang yang berhubungan dengan pendidikan, perilaku, kepribadian, keahlian dan sebagainya. Semakin memilik nilai yang tinggi akan menaikkan nilai jual seseorang.

Selanjutnya bebet dihubungkan dengan status ekonomi jika itu diterapkan untuk orang tua. Sedangkan untuk anaknya dapat dilihat dari pekerjaan, jabatan atau usahanya.

Anak yang mempunyai pekerjaan atau usaha yang mapan menjadi pertimbangan yang positif bagi orang tua.

#Pernak Pernik Pernikahan

Okay sebenarnya saya tidak ingin membahas masalah pernikahan dan latar belakang budaya. Namun seputar pernak-pernik pernikahan yang menggelikan dan menjadi kesan tersendiri, mungkin ini juga di alami oleh Anda yang sudah menikah.

Bahwa perbedaan budaya terkadang memunculkan kisah-kisah lucu menjadi penyedap dalam berumah tangga, dan bukan menjadi suatu masalah

  • Membantu Biaya Adik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun