Aku tuliskan tinta biru ini padamu dengan memendam rindu yang amat sangat, engkau tahu aku cukup terpukul menjalani kehidupan selama satu tahun yang lalu.
Hanya dua bulan aku dapat tersenyum dan berteriak, namun sepuluh bulan kemudian aku jalani dengan keprihatinan.
Kalau aku dapat menemuimu saat ini itu karena pemeliharaan dari Sang Pencipta, tetangga rumahku yang biasanya sering menyapa di pagi hari harus menghadapi kenyataan menghadap Sang Pencipta karena terkena virus ganas dari Negeri Tirai Bambu itu.
Tahu enggak? kakak kandungku juga dipanggil Sang Khalik, bukan karena virus itu tetapi karena kanker getah bening. Kenapa aku sampaikan sebab aku tidak dapat menghantarkan pada peristirahatan terakhir karena aturan SIKM yang ketat.
Maafkan kakak ipar, keponakan dan keluarga di Jawa Tengah, bukan karena tidak mau pulang, tetapi karena keadaan yang memaksa itu semua.
Istriku juga pernah dinyatakan positif virus mematikan itu, namun puji syukur tidak menular pada aku dan tiga anakku, walaupun sekeluarga harus tidur terpisah dan memakai penutup mulut sampai benar-benar dinyatakan negatif.
Sayangku,
Bersyukur aku, istri dan anak sulungku masih dapat bekerja dan menerima upah yang layak ditengah-tengah banyak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja.
Ada sekitar tiga atau empat bulan aku bekerja di rumah dan itu membawa hikmah untuk dapat belajar menulis. Aku senang mendapatkan teman-teman baru yang penuh perhatian dan saling memberikan dukungan untuk kebaikan.
Aku prihatin dengan kondisi ekonomi seluruh dunia yang masuk dalam jurang resesi, tetapi juga banyaknya korban yang terus bertambah dari hari ke sehari, sampai-sampai banyak rumah sakit dan tempat pemakaman penuh.
Siapa pun manusia di jagat raya ini tidak ada yang menolak kondisi ini, karena itu semua merupakan kedaulatan dari Sang Pemilik Jagat. Aku percaya kalau Dia mau menghentikan itu tidak akan terlalu sulit.
Tetapi mengapa seolah dibiarkan pasti semua itu ada rencana yang kita tidak dapat dipahami, bisa jadi Dia mau manusia lebih dekat pada-Nya. Karena selama ini manusia sudah menjauh dari-Nya.
Aku pernah berpikir bagaimana kalau virus itu tidak akan berakhir dan mengakhiri dunia ini, perlahan-lahan manusia meregang nyawa, dan hanya tersisa beberapa orang yang dapat bertahan karena mempunya tingkat kekebalan yang tinggi.
Sebenarnya tidak menjadi masalah ketika kita sudah siap menghadap Sang Khalik. Namun kenyataannya banyak persoalan yang harus dibereskan karena belum sesuai dengan kehendak-Nya.
Di penghujung tahun atau mengawali tahun yang baru tidak begitu sulit aku membuat resolusi, tetapi kali ini aku merasa berat untuk menuliskannya.
Sayangku,
Resolusi kali ini agak berbeda dengan yang aku buat tahun-tahun sebelumnya. Jika situasi normal banyak harapan aku tuliskan pada buku agenda harian, namun kali ini hanya sedikit harapan itu pun menyangkut hal rohani.
Virus itu telah mengubah cara berpikirku dan tujuan hidup untuk lebih mengarahkan pada perkara di atas. Toh menaruh harapan di dunia ini serba tidak pasti dan tidak mudah diperkirakan.
Aku paham manusia begitu lemah dan rapuh. Tidak waktunya lagi mengandalkan kekuatan tangan dan kaki kita. Tetapi kekuatan dari Sang Pencipta yang akan membuat kita mampu menaklukkan tantangan.
Aku rindu menemuimu 2021 karena tidak ada pilihan lain. Andai kata engkau tidak memberi harapan yang lebih baik tidak menjadi masalah selama Sang Khalik menyertaiku.
Sang Khalik adalah segala-galanya bagi manusia, tanpa-Nya manusia tidak akan dapat melakukan kehendak dan larangan-Nya.
Terima kasih engkau sudah menyambutku, aku rindu dapat menjalaninya sampai berakhir. Aku juga rindu untuk terus belajar menulis meninggalkan sesuatu yang kelak orang mengenalku dari karya-karyaku.
Sudut Ibu Kota, 01/01/2021
Salam hangat dariku,
KB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H