Foto di atas adalah momen bersejarah dari Menteri KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) Edhy Prabowo, saat dirinya di wisuda sebagai Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung, 5 Agustus 2020 lalu.
Edhy Prabowo tidak dapat menyembunyikan kegembiraan bersama istrinya Iis Rosita Dewi, bersama ke tiga anak jagoannya, Satrio Budi Wiroreno, Raja Dimas Satrio dan Adityo Suryotomo.
Puncak prestasi akademik tersebut telah melengkapi karier sebelumnya sebagai seorang menteri pada Kabinet Kerja Joko Widodo periode 2019-2024.
Namun sayang puncak karier yang telah dirintisnya tersebut dirusak oleh perilaku sendiri dengan menyalahgunakan wewenang sebagai seorang menteri untuk memperkaya diri melalui kebijakan ekspor benur.
Jatuh Kasus Korupsi
Tertangkapnya Menteri KKP Edhy Prabowo (EP) oleh KPK menjadi perhatian publik dan menjadi berita utama di berbagai media baik cetak maupun elektronik.
Kenapa demikian karena EP tidak saja sebagai seorang menteri, namun salah satu pejabat teras sebuah partai pemenang ke dua Pemilu 2019, Gerindra. Edhy juga menjadi orang kepercayaan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Karena kedekatannya itulah maka Edhy menjadi pilihan Prabowo masuk dalam Kabinet Kerja Joko Widodo tahun 2019, menyingkirkan tokoh lain yang ada dalam partai berlogo kepala burung garuda tersebut.
Perjalanan Karier
Edhy Prabowo lahir di Muara Enim, Sumatera Selatan pada tanggal 24 Desember 1972. Ia merupakan anggota DPR RI dari Partai Gerindra sebelum diangkat menjadi Menteri KKP.
Pada mulanya Edhy dikenal sebagai atlet pencak silat nasional, pernah berhasil dalam ajang PON (Pekan olahraga Nasional) dan mengikuti berbagai kejuaraan pencak silat di berbagai negara.
Setelah lulus dari SMA tahun 1991, Edhy berhasil lolos seleksi masuk sebagai Taruna Akmil di Magelang -- Jawa Tengah. Namun karena ada kasus pelanggaran maka Edhy dikeluarkan dari sekolah pencetak jenderal tersebut.
Pupus sudah cita-cita menjadi seorang prajurit, kemudian Edhy merantau ke Jakarta dan diperkenalkan dengan Prabowo Subianto, yang pada waktu itu masih berpangkat Melati Dua atau Letnan Kolonel.