Atas kebaikan Prabowo, Edhy di sekolahkan pada Universitas Moestopo dan mengambil jurusan Ekonomi. Selain itu Edhy diminta untuk belajar pencak silat setiap akhir pekan di Batujajar, Bandung.
Akhirnya Edhy menjadi orang kepercayaan Prabowo, bahkan ketika jenderal bintang tiga itu merintis usaha dan berdomisili di Jerman dan Yordania, Edhy pun diajaknya.
Ketika Prabowo kembali ke Indonesia dan mendirikan Partai Gerindra, Edhy masuk dalam jajaran pengurus dan menjadi Caleg untuk daerah pemilihan Sumatera Selatan.
Edhy menjadi anggota DPR RI pada periode 2009-2014, di Komisi VI yang membidangi Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan BUMN.
Pada periode 2014-2019 Edhy terpilih kembali sebagai anggota DPR RI dan bertugas pada Komisi IV bidang Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan dan pangan.
Dalam organisasi Edhy tercatat sebagai pengurus HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) dan menjabat sebagai Ketua Bidang Pendidikan dan Pelatihan.
Di dalam Partai Gerindra, Edhy dipercaya sebagai Waketum Bidang Keuangan dan Pembangunan Nasional sejak 2012.
Sedangkan dalam bisnis Edhy menjabat sebagai Presdir PT. Garuda Security Nusantara, Komisaris PT. Kiani Lestari Jakarta, sebuah pabrik kertas milik Prabowo.
Hari Nahas
Pada hari Selasa 24 November 2020 merupakan hari nahas baginya, Edhy ditangkap KPK bersama dengan 6 orang pejabat dan staf KKP di Bandara Soekarno Hatta.
Mereka ditangkap setelah tiba dari perjalanan dinas ke Honolulu, Hawai dan Amerika Serikat. Dari hasil tangkap tangan tersebut KPK antara lain menemukan ATM sebuah bank, tas Louis Vuitton, Hermes, jam tangan Rolex dan tas koper Tumi.