Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Apakah Joe Biden Lebih Santun daripada Donald Trump?

10 November 2020   07:11 Diperbarui: 10 November 2020   07:14 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joe Biden (Sumber: Gesuri.id)

Presiden AS posisinya begitu strategis selain menjadi pemimpin salah satu negara besar di negaranya, ia juga banyak membawa pengaruh besar bagi dunia.

Donald Trump (74) sebagai presiden ke-45 harus merelakan keluar dari Gedung Putih, karena dikalahkan Joe Biden (77) dengan suara elektoral 290, sementara Trump sebesar 214 suara.

Pada beberapa kesempatan Donald Trump mengklaim bahwa  AS sebagai negara yang paling hebat di dunia. Tetapi ironisnya menurut survei Pew Research Center, citranya di luar negeri tidaklah baik.

Di Inggris yang berpendapat baik mengenai Trump hanya 41%, di Perancis hanya 31% dan di Jerman lebih rendah lagi yaitu 26%.

Bahkan menurut data bulan Juli sampai Agustus 2020, dalam menangani pandemi Covid-19 di negara Paman Sam itu, hanya 15% yang percaya AS telah menangani virus Corona dengan baik.

Tidak itu saja dibandingkan dengan para pemimpin dunia, citra Trump lebih buruk. Kanselir Jerman Angela Merkel mempunyai tingkat kepercayaan 76%, Presiden Perancis Emmanuel Macron 64%, PM Inggris Boris Johnson 48%. Disusul Presiden Rusia Vladimir Putin 23%, Presiden China Xi Jinping 19% dan Donald Trump 16%.

Demikian hasil Riset Pew -- Musim Panas 2020 Global Attitudes Survey ,dengan responden penduduk dari Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Korsel, Spanyol, Swedia dan Inggris.

Kebijakan Kontroversi Donald Trump

1. Kesepakatan Iklim

Pada awal masa jabatan Trump sudah mengecewakan para ilmuwan, karena mundur dari kesepakatan iklim Paris. Kesepakatan itu berisi mengendalikan pemanasan global dengan menjaga kenaikan suhu global tidak sampai 2 derajat celcius.

AS sendiri merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar setelah China. Penolakan Trump beralasan bahwa kesepakatan iklim akan berdampak pada para produsen AS.

2. Kebijakan Perbatasan

Kebijakan penutupan perbatasan bagi wisatawan dari negara dengan mayoritas beragama muslim  dilakukan oleh Trump. Saat ini ada 13 negara yang patuh pada kebijakan tersebut. Kemudian AS membangun tembok perbatasan sejauh 371 mil menggantikan pagar yang sudah ada sebelumnya.

3. Mempertahankan Pasukan di Suriah

Pada waktu pidato kenegaraan pada bulan Februari 2019 Trump berjanji akan menarik pasukan AS di Suriah. Tetapi kenyataannya masih ada sekitar 500 tentara di Suriah, ia berdalih untuk melindungi sumur minyak. Hingga saat ini masih ada 100 ribu lebih pasukan AS tersebar di beberapa negara.

4. Membatalkan TPP

Trump membatalkan  TPP (Trans Pacific Partnership) yaitu sebuah kesepakatan 12 negara maju, yang telah dibuat pendahulunya Barack Obama. Dia menganggap kesepakatan itu akan menguntungkan China, dan mengurangi pengaruh AS di Asia-Pasifik.

Sementara Trump membuat perjanjian kembali perdagangan bebas Amerika Utara dengan Kanada dan Meksiko. Kesepakatan baru tersebut memperketat ketentuan ketenagakerjaan dan pengadaan suku cadang mobil.

5. Perang Dagang dengan China

Fokus utama Trump adalah bagaimana AS mendapat manfaat dalam perdagangan dunia. Akibatnya perang dengan China tak terhindarkan, dua negara itu masing-masing membuat kebijakan bea masuk terhadap barang-barang yang masuk ke negaranya.

Hal itu membuat sejumlah perusahaan AS pendapatannya menurun. China juga memindahkan pabriknya ke Vietnam dan Kamboja untuk menekan biaya produksi. Bahkan melakukan devaluasi terhadap mata uang Yuan, yang mengakibatkan mata uang dunia mengalami pelemahan terhadap dolar AS.

Harapan Pemimpin Dunia pada Joe Biden

Joko Widodo-Joe Biden (Sumber: Indonews.id)
Joko Widodo-Joe Biden (Sumber: Indonews.id)

Harapan dunia begitu besar pada Joe Biden dan Kamala Haris yang akan dilantik menjadi presiden dan wakil presiden AS pada 20 Januari 2021. Presiden Indonesia Joko Widodo berharap dapat bekerja sama untuk memperkuat kemitraan strategis bidang ekonomi, demokrasi dan multilateral untuk kepentingan bersama.

Melalui akun Twitternya Presiden Kanada Justin Trudeau menekankan pentingnya aliansi antara AS dan Kanada, ia ingin bekerja sama dan membangun bersama.

Harapan senada juga di sampaikan presiden Korsel Moon Jae-In, PM Irlandia Michael Martin, Presiden Perancis Emmanuel Macron, PM Inggris Boris Johnson, PM Spanyol Pedro Sanches, PM Italia Giuseppe Conte dan PM Ausralia Scott Morrison.

Di tengah tantangan dunia untuk mengatasi wabah pandemi Covid-19, sebaiknya antar negara bekerja sama untuk mengatasi bersama. Dalam bidang ekonomi, tidak zamannya lagi untuk menang sendiri, tetapi berkolaborasi untuk kemajuan bersama.

Negara kuat tidak perlu melakukan intervensi ke negara yang lemah dengan mengatasnamakan demokrasi yang sejatinya menabrak demokrasi itu sendiri.

Kita semua berharap Joe Biden lebih santun daripada Donald Trump, lebih halus dalam berpolitik dan bertujuan untuk kebaikan umat seluruh dunia.

Rujukan:

  • www.bbc.com
  • www.kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun