Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suku Baduy, Antara Budaya dan Modernisasi

7 November 2020   07:03 Diperbarui: 29 April 2021   22:25 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Badui Berkelana Ke Jakarta untuk menjual madu dan kerajinan (Foto: Bahtiar Rifai/detikcom)

2. Kelompok masyarakat Penamping atau Badui Luar

Suku Badui Luar tinggal di daerah yang mengelilingi Badui Dalam, meliputi desa Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh dan Cisagu. Masyarakat ini berpakaian dan ikat kepala berwarna biru gelap atau hitam sebagai tanda tidak suci, karena telah keluar dari adat Badui Dalam. 

Mereka keluar karena berbagai alasan yaitu sudah menggunakan teknologi, seperti peralatan elektronik, dalam membangun rumah sudah menggunakan alat bantu seperti palu, gergaji, paku dan sebagainya. 

Mereka sudah menggunakan peralatan rumah tangga. Sudah memeluk agama Islam dan bersedia bekerja sama dengan masyarakat luar Badui.

3. Kelompok masyarakat Dangka

Masyarakat Dangka berada di luar wilayah Badui Dalam dan Badui Luar dan hanya mendiami 2 desa yaitu Cibengkung dan Cihandam. Kelompok ini berfungsi sebagai daerah penahan dari pengaruh budaya luar.

Dua Pemerintahan

Masyarakat Badui mengenal dua pemerintahan yaitu pemerintahan negara dan adat istiadat. Pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala Desa, sedangkan adat istiadat dipimpin oleh Pu'un yang bertempat tinggal di 3 desa daerah Badui Dalam.

Mata pencaharian masyarakat Badui adalah bertani yaitu padi huma, durian, asam keranji dan madu.

Budaya Seba

Sebagai tanda kepatuhan pada Kesultanan Banten, masyarakat Badui melaksanakan Seba setahun sekali. Budaya Seba adalah mempersembahkan hasil bumi berupa beras, palawija dan buah-buahan ke Gubernur Banten (dahulu Gubernur Jawa Barat) melalui Bupati Lebak.

Senang Berjalan Kaki

Pada saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak maka masyarakat Badui diperbolehkan pergi ke kota sekitar Jakarta dengan berjalan kaki tanpa alas kaki, untuk menjual madu dan kerajinan tangan. Mereka akan menjual secara door to door kepada kenalan yang pernah bertemu di Badui dan biasanya kenalan akan memberikan uang lebih.

Suku Badui Berkelana Ke Jakarta untuk menjual madu dan kerajinan (Foto: Bahtiar Rifai/detikcom)
Suku Badui Berkelana Ke Jakarta untuk menjual madu dan kerajinan (Foto: Bahtiar Rifai/detikcom)

Sisi Unik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun