Sejak disahkannya Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja pada 5 Oktober 2020 lalu, telah mendapat reaksi tajam dari para buruh di seluruh tanah air. Mereka mengadakan demo besar-besaran menolak undang-undang yang dirasa memberatkan para buruh.
Butir-butir penting yang diperjuangkan para buruh dan mahasiswa adalah penentuan upah berdasarkan UMK (Upah Minimum Kota), pedoman kenaikan upah berdasarkan pertumbuhan ekonomi ditambah inflasi, jam kerja selama lima hari kerja dan pesangon sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13/2003.
Undang-undang yang baru tersebut sangat merugikan buruh dan di sisi lain memberikan keuntungan pada pengusaha. Belum lagi dengan adanya kemudahan yang diperoleh pengusaha dalam hal perizinan dan tarif pajak.
Pembahasan di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang mengesahkan undang-undang tersebut juga terbilang singkat sejak pemerintah memberikan rancangan undang-undang pada 11 Februari 2020. Belum lagi rapat pleno pengesahan dinilai tidak tepat di tengah-tengah pandemi Covid-19.
Benar saja demo penolakan yang terjadi di beberapa kota di Indonesia dikhawatirkan akan menyebabkan kluster baru Covid-19. Sementara angka positif Corona semakin merangkak naik sampai tembus 4.000 penderita baru dalam satu hari.
Lalu bagaimanakah sikap para pemimpin daerah, dalam hal ini para gubernur menyikapi demonstrasi? Berikut gaya para gubernur yang kebetulan disebut-sebut sebagai kandidat presiden 2024.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
Anies Baswedan langsung turun ke jalan di daerah Bundaran Hotel Indonesia, yang menjadi salah satu tempat favorit pendemo. Anies berpesan kepada para buruh dan mahasiswa yang menolak Undang-undang Cipta Kerja supaya menyuarakan keadilan dengan tertib.
Bahwa dalam menegakkan keadilan menjadi kewajiban semua warga masyarakat. Untuk menyemangati Anies lantas mengajak para pendemo menyanyikan lagu Padamu Negeri. Setelah itu meminta untuk membubarkan diri pulang ke rumah dan mengikuti perkembangannya di media.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
Setelah unjuk rasa di Semarang yang berlangsung ricuh telah usai, Ganjar Pranowo menemui para demonstran yang diamankan petugas di Mapolrestabes Semarang. Ganjar prihatin ternyata yang ditangkap polisi banyak yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).