Kalau di Pilkada Solo Purnomo tersingkir dan legawa, tetapi di Medan berbeda Akhyar tersingkir dan tetap bertarung melalui partai Demokrat.
Perang Pilkada Medan akan lebih seru dibandingkan Solo. Akankah tim sukses dan para pendukung Akhyar Nasution, menyerang lawan dengan isu dinasti politik?
Kesimpulan
Stikma masyarakat mengenai dinasti politik yang sedang dimainkan para pejabat, telah mengganggu demokrasi yang sedang dibangun di negeri dengan penduduk seratus enam puluh juta jiwa ini.
Para pejabat piawai memanfaatkan jaringan untuk melakukan lobi ke pengurus partai. Baik dengan hegemoni jabatan maupun kekuatan dana telah mangaburkan objektivitas penilaian para pengurus partai.
Partai tidak lagi mencari calon terbaik dari kader internal, tetapi memilih kandidat yang populer dan dapat memenangkan pertarungan.
Mengabaikan kandidat berdasarkan pengalaman, kemampuan dan pengabdian kepada partai. Sejatinya kepala daerah bukan sebagai ajang mencari pengalaman, tetapi menerapkan pengalaman dalam pengabdian kepada masyarakat.
Dampak dari dinasti politik akan menyebabkan demotivasi para kader partai untuk terlibat aktif dalam partai. Mereka bukan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya untuk merintis karir politik, tetapi bagaimana ia harus dekat kepada para pengurus pusat atau ketua umum partai.
Rujukan :
- https://news.detik.com/berita/d-5128609/pilkada-medan-ini-alasan-pdip-duetkan-bobby-nasution-dengan-kader-gerindra
- https://wartakota.tribunnews.com/2020/07/20/terungkap-bobby-nasution-dipastikan-bertarung-dengan-kader-pdip-akhyar-nasution-di-pilkada-medan
- https://news.detik.com/berita/d-5155243/tolak-dukung-bobby-nasution-4-ketua-pac-pdip-di-medan-dicopot
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H