3. Kalau melihat singkatan dari KAMI, ada kata 'Menyelamatkan' apakah bangsa ini sedang berada dalam kehancuran? Dasarnya apa? Tentu akan menjai perdebatan panjang antara yang pro dan kontra.
4. Kelompok ini ada kemungkinan mempunyai agenda tersembunyi tidak hanya sebatas gerakan moral, melihat penentuan waktu deklarasi, isi tuntutan dan metode deklarasi.
5. Salah satu butir tuntutan adalah menuntut pemerintah agar bersungguh-sungguh menanggulangi pandemi COVID-19 untuk menyelamatkan rakyat Indonesia. Tetapi para tokoh dan masyarakat yang hadir dalam deklarasi tidak memberikan keteladanan dan melanggar protokol kesehatan. Mereka berkumpul dengan tidak memperhatikan pembatasan jarak dan tidak semua memakai masker.
Dalam perkembangannya duta besar Palestina untuk Indonesia Zulhair al-Shun melakukan klarifikasi bahwa kehadirannya pada deklarasi KAMI adalah :
Kami ingin menegaskan bahwa partisipasi kami berdasarkan pada pemahaman bahwa acara tersebut adalah acara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia dan bukan yang lainnya. Kehadiran kami di acara tersebut hanya berlangsung selama 5 menit, ketika menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia yang itu adalah sesuatu yang sakral bagi seluruh rakyat Indonesia.
Demikian juga yang ramai diberitakan media dengan kehadiran pasangan Meutia Farida Hatta dan Sri Edi Swasono -- guru besar ekonomi Universitas Indonesia, memberikan klarifikasi bahwa kehadirannya karena diminta membacakan teks proklamasi. Tidak lebih karena dirinya adalah anak dari proklamator Bung Hatta.
Dua klarifikasi dari dua tokoh yang hadir menandakan kurangnya komunikasi dan transparansi antara pihak KAMI dengan tokoh yang diundang, karena kelalaian atau kesengajaan, hanya Tuhan yang tahu.Â
Dalam klarifikasi tersebut secara implisit mereka tidak paham secara lengkap konsep acara deklarasi KAMI dan merasa di kelabuhi. Menjadi bias manakala acara deklarasi hanya terpaut satu hari dari perayaan kemerdekaan RI ke-75, seolah-olah deklarasi menjadi bagian dari perayaan kemerdekaan.
Melihat barisan tokoh-tokoh yang hadir sepertinya masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Apakah seorang Din Syamsuddin kecewa dengan diangkatnya Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden, karena sebelumnya sempat di gadang-gadang menjadi calon wakil presiden mewakili umat Muslim dan Muhammadiyah?
Atau Gatot Nurmantyo yang sempat disebut-sebut menjadi calon presiden atau wakil berhadapan dengan Joko Widodo pada Pilpres 2019 lalu. Bisa jadi mereka berdua menyiapkan karpet untuk menuju panggung Pilpres 2024. Mencari simpati partai politik agar mendekati dan mengusungnya sebagai Capres atau Cawapres 2024.
Kris Banarto, 22 Agustus 2020