Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Author: Transformasi HRD dalam Bisnis (2021). Ketika Kita Harus Memilih (2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (2022). Merajut Keabadian (2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (2024).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Pembebas

6 Juli 2020   08:01 Diperbarui: 17 Januari 2021   13:47 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kebakaran (sumber Pixabay.com)

Kasih Ibu

Kasih ibu setinggi langit telah merobohkan ketakutan yang membentengi, menanggalkan keterbatasan seorang wanita untuk bertindak cepat merengkuh anak yang dikasihi dari jurang maut, sejatinya ada dalih untuk tidak melakukan bukan?. 

Hati seorang ibu seperti samudera, walaupun cukup alasan menampar anaknya, bahkan mengusir dari rumahnya bisa dibenarkan karena sikap yang tak terpuji dari anaknya yang telah di selamatkan dari amukan bara, tetapi ibu yang penuh kasih itu tidak melakukannya.

Terkadang orang tua perlu menceritakan perjuangan di masa lalu kepada anak-anaknya, agar mereka tahu begitu banyak keringat telah menetes dari tubuhnya, dan entah berapa kali pipi itu di basahi oleh air mata. 

Sebagai seorang anak berapa-pun kebaikan telah diberikan kepada ibu, tidak akan melebihi kebaikan yang telah diberikan ibu kepada anak, "kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan".

Jangan Salahkan Tuhan

Jikalau kita ada sekarang ini harus kita terima apa adanya, kita tidak dapat menyalahkan orang tua kita, apa pun keadaannya, orang tua yang jahat tidak akan memberi batu pada anaknya yang meminta roti, apalagi orang tua yang baik, mereka akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Jangan menyalahkan Tuhan di kala kita gagal, seolah Dia tidak bersedia memberikan apa yang kita minta, banyak peristiwa terjadi karena ulah kita di masa lalu yang tidak bertanggung jawab. Manakala susah mencari pekerjaan, bukankah waktu sekolah kamu malas belajar?

Saat sakit melanda bukankah karena kamu tidak menjaga mulut dari makanan yang berguna? Kamu makan jorok, dan obat menjadi jalan keluar yang rasional. Berdoa tidak putus-putus minta sakit di sembuhkan, tidak salah sih tapi sepertinya kamu salah berdoa, dan harus menanggung perbuatanmu.

Tuhan terkadang sebagai tempat mengeluh yang aman, tatkala penghasilan tidak mencukupi datang bersimpuh kepada-Nya mohon berkat di curahkan dari langit, tetapi tidak tahukah Dia prihatin kenapa kamu bekerja dengan malas dan sering meninggalkan pekerjaan, tidak mau bekerja sama dengan rekan sekerja dan berani melawan pimpinan.

Mengadu pada nasib mengapa nikah berantakan, ada niat untuk berpisah dengan pasangan, bukankah kamu telah semena-mena dengan pasanganmu, bibirmu tak terhitung banyaknya telah mengeluarkan ujaran yang menyakiti pasangan, bahkan tanganmu begitu ringan mendaratkan tamparan kepada kekasihmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun