Air Itu Menetes di Kalbuku
Â
Tanah hati itu mengering lama, air tak pernah mau menghampiri
Kesepian tanpa kepastian dan asa itu jauh tersapu bayu
Aku berjalan dalam lorong waktu yang tak berujung
Kenangan masih ada, ketika ada air menetes pelan
Tetapi aku menghiraukan dan merasa air itu belum cukup menetes
Waktu berlalu dan kita berpisah, ketika mentari menyengat lubuk hatiku
Nuraniku kering dan belum ada harap karena aku tak siap
Lalu aku serius menata hati, menyambut air sejuk menetes jiwa
Usia merangkak naik dan orang tua telah membangunkan kesadaranku
Rupa-rupanya mereka telah memilihkan air untuk menyejukkan sanubariku
Gayung pun bersambut menjemput air di lereng gunung
Menetes di kalbu cukup deras, hingga aku meluap bahagia
Aku bersyukur tanpa henti, Tuhan telah mengirimkan bidadari
Yang mau diajak berjuang melawan teriknya mentari dan ganasnya badai
Kami menikmatinya karena kalbu ini tak pernah kering oleh aliran cinta sejati
#Depok, 9 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H