Jadi 'kata' tidak sebatas yang keluar dai mulut kita secara lisan (non verbal), tetapi 'kata' dapat berupa tulisan (verbal) misalnya berupa tulisan di atas kertas atau tulisan berbentuk digital, seperti SMS, ujaran dan email.
2. Kata-kata Keluar dari Isi Hati
Kata yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran, seharusnya melalui tahap filter, atau dicerna terlebih dahulu, tidak asal berkata atau menulis. Sehingga kata-kata yang keluar benar-benar kata-kata pilihan yang baik dan benar.
Santun Berkata-kata
Pada waktu Pilpres tahun lalu betapa dunia maya diramaikan oleh hujatan dan saling ejek antara kubu cebong dan kampret, yang berafiliasi pada tokoh tertentu, tetapi juga ada kubu yang netral yang tidak memihak ke salah satu tokoh.Â
Sehingga akibat dari kata-kata tersebut dapat menyulut perkelahian sehingga memakan korban jiwa seperti korban di Madura dan ada beberapa yang di penjara karena menghina presiden, dan konon ada yang bercerai karena berbeda pilihan.
Belajar dari peristiwa tersebut hendaklah kita menjadi orang santun dalam berkomunikasi lewat kata-kata baik verbal maupun non verbal, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Pertimbangkan Berkata Kasar
Kata-kata dalam bentuk non verbal (lisan) walaupun dari pihak komunikator (pengirim pesan) tidak berdampak apa-apa tetapi bagi komunikan (penerima pesan) bisa menjadi demotivasi atau sakit hati. Kata-kata yang kasar dari orang tua kepada anak, dan anak tidak bisa melawan karena takut, maka anak itu akan diam saja tetapi menyimpan kekesalan.Â
Dan kelak ketika sudah menjadi dewasa akan menjadi pemuda pemberontak. Ada beberapa kasus seorang wanita yang tidak menikah karena dilarang oleh ibunya untuk berpacaran pada lelaki yang dicintai, mungkin dia trauma.Â
Bisa saja bukan larangan dari orang tua yang menyebabkan ia trauma, tetapi pilihan kata-kata yang menyakitkan hati, sehingga membuat hatinya terluka.