Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (2021). Ketika Kita Harus Memilih (2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (2022). Merajut Keabadian (2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengapa Dilan & Milea Berpisah?

19 Mei 2020   15:36 Diperbarui: 15 Januari 2021   15:27 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Tribun wiki

Cerita ini datang dari Eropa ada pasangan suami-istri, si wanita adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai hobi menyanyi, sedangkan suaminya adalah seorang komposer lagu. Rupa-rupanya keduanya mempunyai darah seni, sang wanita karena hobi menyanyi maka dia sering berlatih menyanyi didampingi sang komposer yang adalah suaminya sendiri.

Namun setiap kali istri berlatih, selalu ditegur sang suami dan itu terjadi berulang-ulang, yang membuat istri menjadi hopeless dan tidak mau berlatih kembali. Suami selalu mengkritik karena dia seorang komposer yang mengerti musik, suara kamu jelek katanya, kamu tidak bakat menjadi seorang penyanyi. Pada suatu hari suami kecelakaan dan meninggal dunia dan wanita ini harus hidup sendirian.

Beberapa tahun kemudian wanita ini menikah lagi dengan seorang tukang ledeng, suatu profesi yang jauh dari dunia seni dan berbeda dengan suami yang dahulu. Wanita ini kembali pada hobinya untuk bernyanyi, dan kembali setiap latihan bernyanyi selalu didampingi suami, si suami yang baru ini selalu mengatakan suaramu bagus, teruslah berlatih.

Begitu pula ketika istrinya diundang untuk bernyanyi keluar, si suami ini selalu memuji istrinya karena suaranya merdu, terang saja karena dia tidak mengerti musik sehingga menurut ukuran dia suaranya bagus. Kata-kata suami ini menyebabkan istri giat berlatih, menerima undangan untuk mengisi acara dan mengikuti lomba dan membuat album lagu.

Akhirnya wanita ini menjadi artis yang cukup terkenal, seorang artis bukan dilahirkan dari suami seorang pemusik yang selalu mengkritik, tetapi dari dukungan suami yang tidak mengerti musik dan selalu memberi pujian.

Makna Sebuah Kata-kata

Kata-kata yang diucapkan seseorang kepada orang lain dapat di respons secara berbeda, respons bisa menjadi orang ter-motivasi tetapi respons dapat membuat demotivasi. 

Kita akan belajar apa itu kata-kata, 'kata' menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diterjemahkan sebagai unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Sedangkan berkata adalah melahirkan isi hati dengan kata-kata atau berbicara.

Dari pengertian istilah 'kata' tersebut ada dua pengertian yang perlu dipahami yaitu :

1. Kata Berupa Verbal dan Non Verbal

'Kata' sebagai unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan

Jadi 'kata' tidak sebatas yang keluar dai mulut kita secara lisan (non verbal), tetapi 'kata' dapat berupa tulisan (verbal) misalnya berupa tulisan di atas kertas atau tulisan berbentuk digital, seperti SMS, ujaran dan email.

2. Kata-kata Keluar dari Isi Hati

Kata yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran, seharusnya melalui tahap filter, atau dicerna terlebih dahulu, tidak asal berkata atau menulis. Sehingga kata-kata yang keluar benar-benar kata-kata pilihan yang baik dan benar.

Santun Berkata-kata

Pada waktu Pilpres tahun lalu betapa dunia maya diramaikan oleh hujatan dan saling ejek antara kubu cebong dan kampret, yang berafiliasi pada tokoh tertentu, tetapi juga ada kubu yang netral yang tidak memihak ke salah satu tokoh. 

Sehingga akibat dari kata-kata tersebut dapat menyulut perkelahian sehingga memakan korban jiwa seperti korban di Madura dan ada beberapa yang di penjara karena menghina presiden, dan konon ada yang bercerai karena berbeda pilihan.

Belajar dari peristiwa tersebut hendaklah kita menjadi orang santun dalam berkomunikasi lewat kata-kata baik verbal maupun non verbal, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :

1. Pertimbangkan Berkata Kasar

Kata-kata dalam bentuk non verbal (lisan) walaupun dari pihak komunikator (pengirim pesan) tidak berdampak apa-apa tetapi bagi komunikan (penerima pesan) bisa menjadi demotivasi atau sakit hati. Kata-kata yang kasar dari orang tua kepada anak, dan anak tidak bisa melawan karena takut, maka anak itu akan diam saja tetapi menyimpan kekesalan. 

Dan kelak ketika sudah menjadi dewasa akan menjadi pemuda pemberontak. Ada beberapa kasus seorang wanita yang tidak menikah karena dilarang oleh ibunya untuk berpacaran pada lelaki yang dicintai, mungkin dia trauma. 

Bisa saja bukan larangan dari orang tua yang menyebabkan ia trauma, tetapi pilihan kata-kata yang menyakitkan hati, sehingga membuat hatinya terluka.

2. Pertimbangkan Karakter Komunikan

Kata-kata orang tua juga harus mempertimbangkan karakter anak, ada anak yang bisa menerima kata-kata yang keras dari orang tua, tetapi ada anak yang tidak bisa menerima. Sehingga anak ini harus dengan kata-kata yang lembut.

Bagaimana kisah kasih seorang Dilan berpisah dari Milea, karena kata-kata keras Milea untuk melarang Dilarang mengikuti geng motor. Rupanya karakter keras ayahnya yang adalah seorang prajurit menurun ke Dilan, ia tidak mau dipisahkan dari geng motor. 

Padahal Milea begitu cinta pada Dilan tetapi dengan permintaan itu mengakibatkan Dilan tidak mau menerima, dan berakhirlah hubungan kasih berdua. Akan menjadi berbeda kalau Milea berkata aku akan mendampingimu walaupun kau seorang geng motor, tapi jaga keselamatanmu baik-baik ya?

3. Kata-kata Bagaikan Api

Sungguh kata-kata bagaikan api kecil yang dapat membakar hutan yang luas, hanya karena satu puntung rokok dapat membakar hutan. Kata-kata dapat membakar semangat, itu yang digunakan Presiden pertama Indonesia Soekarno, sebagai seorang komunikator yang ulung memanfaatkan panggung untuk berpidato membakar semangat rakyatnya baik sebelum maupun setelah merdeka.

"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia."-Bung Karno.

4. Kata-kata Bisa Dikekang

Kata-kata yang akan keluar sejatinya dapat dikekang oleh lidah kita, seperti seekor kuda yang kuat ia bisa menuruti tuanya karena ada kekang di mulutnya. Begitu pula jari-jari lentik kita sebelum mengetik kata-kata dapat dikendalikan oleh pikiran dan hati kita supaya mengeluarkan kata-kata yang membangun.

Pentingnya kita memperbaiki kata-kata, sebelum keluar dari mulut atau muncul dalam ketikan digital, apakah dampak dari kata-kata itu. Memperketat filter dan memperbaiki hati supaya dapat memancarkan kata-kata yang santun, positif dan bermanfaat bagi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun