Kalau hidup ini kita arahkan pada hal-hal yang fana, kekayaan, kehormatan, kedudukan maka pada saatnya kita akan kecewa. Menjadi tidak berarti kalau kita memiliki banyak harta sehingga bisa membeli pulau, kapal dan helikopter serta bersenang-senang, tetapi setelah itu harus menghadapi realitas kematian.Â
Sedangkan selama hidupnya melupakan Tuhan yang adalah pemilik jagat raya ini. Tetapi berbeda dengan orang yang hidupnya diarahkan pada kehidupan kekal, dia akan menerima keadaan apa pun, karena dia sedang melakukan rencana Tuhan untuk membawa pada kehidupan kekal.
3. Dekat dengan Tuhan
Seperti pohon yang ditanam di tepi aliran sungai, ia akan tumbuh lebat, akar-akarnya menancap kuat di tanah, daunnya segar dan berbuah banyak, menjadi tempat orang berteduh dan tempat burung bersarang. Sangat berbeda dengan pohon yang jauh dari mata air maka akan menjadi kering, layu dan mati.Â
Demikian juga kehidupan kita kalau dekat dengan Tuhan akan merasa tenang dan bahagia. Sebaliknya kalau hidup kita masih jauh dari Tuhan, hidup ini dikuasai keinginan dan nafsu dunia, sehingga tidak ada kebahagiaan dan ketenangan.
Andai kata ada penderitaan menjadi tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kehidupan kekal yang Tuhan berikan. Seperti seorang atlet yang berlari dalam keadaan luka di kaki, dia tetap berlari karena kalau sampai finish dia akan menerima piala dan hadiah yang besar.Â
Seorang petani dengan tekun merawat tanaman, dengan memberikan pupuk, menyiram dan menghilangkan benalu, dan ketika panen maka kelelahan petani selama itu menjadi hilang.
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum. -Mahatma Gandhi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H