Ini menjadi subjektif dan hal yang relatif karena standar bebas dari kesusahan antara orang satu dan lainnya berbeda-beda. Orang yang berpenghasilan sepuluh juta mungkin sudah merasa terbebas dari kesusahan karena bisa hidup sederhana dan tidak mempunyai hutang yang memberatkan.Â
Tetapi berbeda dengan orang yang berpenghasilan seratus juta sebulan, ia merasa belum terbebas dari kesusahan karena terbiasa hidup mewah dan hutang yang besar.
2. Ketenteraman Hidup Lahir dan Batin
Ketenteraman hidup tidak hanya yang terlihat oleh orang luar melalui tindakan, kata-kata dan bahasa tubuh, tetapi juga dari batin, sesuatu yang terdapat di dalam hati dan sesuatu yang menyangkut jiwa. Ketika ada ucapan syukur walaupun penghasilan sepuluh juta sebulan, hidup berasa tenteram.Â
Tetapi bagi orang yang penghasilannya seratus juta sebulan, kalau tidak ada rasa syukur maka tidak menemukan ketenteraman hidup. Dia merasa tidak puas dan akan terus mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.
Memahami Kebahagiaan
Kebahagiaan bukan 'andai kata' pada sesuatu yang tidak atau belum terjadi, tetapi bersyukur akan apa yang sudah kita miliki, sehingga ia akan berkata 'walaupun' hidup saya pas-pasan tetap berbahagia. Untuk mencapai kebahagiaan dibutuhkan beberapa pemahaman :
1. Memahami Cara Kerja Tuhan
Sangat sulit kita dapat menerima penderitaan saat pandemi Covid-19 ini, di kala sebelumnya kita tidak pernah mengalami dan semuanya berjalan baik-baik saja. Kita akan berkata ini sebuah kutukan atau bencana yang mengakibatkan kesusahan dan penderitaan. Â
Namun kalau kita dapat memahami cara kerja Tuhan, bahwa semua yang terjadi di planet ini semua atas kendali Tuhan atau atas seizin Tuhan, maka kita jadi mengerti mengapa harus mengutuki penderitaan yang datangnya dari Tuhan?. Pasti Tuhan punya maksud baik atas semuanya itu, bukankah kebaikan datangnya dari atas?
2. Hidup Bukan Hal-hal Fana