Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lahan Parkir Jadi "Harta Karun": Solusi Cerdas Warga di Tengah Keterbatasan

18 November 2024   21:08 Diperbarui: 18 November 2024   22:28 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi parkir.(Thinkstock via Kompas.com)

Keterbatasan ruang di perkampungan tidak menghalangi kreativitas warganya. Ketika masalah parkir menjadi semakin akut, banyak warga yang memiliki lahan kecil, seperti halaman rumah, gang samping, atau pekarangan kosong, mulai menyulap area tersebut menjadi tempat parkir yang disewakan. Langkah ini tidak hanya membantu pemilik mobil yang membutuhkan tempat aman untuk memarkir kendaraan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi pemilik lahan.

Beberapa contoh solusi kreatif warga antara lain:

  • Menyewakan halaman rumah: Halaman yang sebelumnya hanya digunakan untuk menjemur pakaian kini disulap menjadi tempat parkir untuk satu hingga dua mobil.
  • Menyediakan parkir di gang kecil: Beberapa warga membuka akses gang samping rumah sebagai area parkir dengan pengaturan tertentu agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
  • Pemanfaatan lahan kosong: Pekarangan yang tidak terpakai diratakan dan diberi tanda parkir sederhana untuk menampung kendaraan lebih banyak.

Sistem sewa lahan parkir ini pun beragam:

  • Per jam: Umumnya digunakan untuk parkir sementara, misalnya bagi pengunjung yang datang ke kawasan tersebut.
  • Harian: Cocok untuk pemilik mobil yang hanya membutuhkan parkir untuk waktu singkat.
  • Bulanan: Sistem ini paling populer di perkampungan, di mana pemilik mobil menyewa tempat secara tetap, sehingga tidak perlu mencari lahan parkir setiap hari.

Dari segi ekonomi, keuntungan yang dirasakan pemilik lahan cukup signifikan. Rata-rata tarif parkir bulanan di perkampungan berkisar antara Rp300.000 hingga Rp500.000 per kendaraan, tergantung lokasi dan fasilitas. 

Bagi warga yang memiliki lahan lebih luas, pemasukan ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan yang cukup menjanjikan. Selain itu, penyewaan lahan parkir juga membantu mempererat hubungan antarwarga melalui transaksi berbasis kepercayaan dan saling membantu.

Kreativitas seperti ini menunjukkan bagaimana masyarakat bisa beradaptasi dengan keterbatasan ruang sekaligus menciptakan peluang baru yang bermanfaat bagi semua pihak.

Dampak Positif dan Negatif

Fenomena penyewaan lahan parkir di perkampungan membawa dampak yang beragam, baik positif maupun negatif. Dari sisi positif, penyewaan lahan ini memberikan pemasukan tambahan bagi warga setempat. 

Lahan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan kini menjadi sumber penghasilan baru, membantu perekonomian warga, terutama di tengah meningkatnya kebutuhan hidup. Selain itu, adanya lahan parkir yang disewakan juga mengurangi kendaraan yang diparkir sembarangan di jalan umum, sehingga akses jalan lebih lancar dan meminimalkan potensi perselisihan akibat kendaraan yang menghalangi.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena ini juga menimbulkan dampak negatif. Salah satunya adalah potensi konflik antarwarga, terutama akibat kebisingan dari kendaraan yang keluar-masuk, terutama pada malam hari. 

Ketidaknyamanan ini dapat memicu gesekan antar tetangga jika pengelolaan parkir kurang baik. Selain itu, penumpukan kendaraan di area terbatas dapat menurunkan kualitas lingkungan, seperti meningkatnya polusi udara, rusaknya estetika perkampungan, dan berkurangnya area hijau yang sebelumnya menjadi ruang terbuka untuk warga.

Pentingnya regulasi mengenai kepemilikan mobil dan ketersediaan garasi menjadi hal mendesak untuk mengatasi masalah parkir di perkampungan. Kebijakan yang mewajibkan calon pemilik mobil memiliki garasi sebelum membeli kendaraan dapat menjadi langkah awal untuk mencegah masalah parkir sembarangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun