Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

UN, Benarkah Guru Lebih Suka Mengajar untuk Ujian daripada untuk Siswa?

11 November 2024   20:27 Diperbarui: 14 November 2024   21:05 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengajaran yang hanya berorientasi pada ujian membuat siswa cenderung menghafal materi tanpa memahami konteksnya, sehingga hilang rasa ingin tahu mereka. 

Saat materi diajarkan hanya sebagai persiapan untuk mencapai nilai tertentu, siswa mungkin merasa belajar menjadi tugas yang monoton dan tidak menarik. Hal ini dapat menyebabkan kebosanan dan bahkan keengganan untuk belajar, karena siswa tidak melihat relevansi atau manfaat nyata dari materi yang dipelajari. Pada akhirnya, siswa kehilangan motivasi intrinsik untuk belajar dan rasa penasaran terhadap hal-hal baru.

Ketiga, Kurangnya Pengembangan Karakter dan Soft Skills. 

Orientasi pembelajaran yang terlalu akademis dan berfokus pada ujian sering kali mengabaikan aspek pengembangan karakter dan soft skills siswa. Dalam proses belajar-mengajar yang sehat, siswa seharusnya juga memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial, seperti kerja sama, komunikasi, dan manajemen diri, serta nilai-nilai karakter, seperti integritas, tanggung jawab, dan empati. 

Namun, fokus yang terlalu besar pada nilai ujian membuat pengembangan ini kurang diperhatikan, sehingga siswa menjadi kurang siap untuk menghadapi tantangan di luar dunia akademis.

Secara keseluruhan, dampak dari pembelajaran yang berorientasi pada ujian ini dapat menghambat pengembangan siswa secara menyeluruh, mengorbankan keterampilan penting dan karakter yang seharusnya menjadi bagian dari pendidikan.

Perspektif Guru: Dilema antara Tuntutan Ujian dan Tanggung Jawab Mengajar

Banyak guru pada dasarnya memiliki keinginan untuk memberikan pendidikan yang holistik, bermakna, dan relevan bagi siswa, yang tidak hanya menekankan pencapaian akademik tetapi juga pengembangan karakter dan keterampilan hidup. 

Mereka memahami bahwa tujuan pendidikan seharusnya mencakup aspek-aspek yang lebih luas, seperti membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan soft skills. Namun, keterbatasan waktu dan kurikulum sering kali membuat mereka harus mengarahkan fokus pada materi yang akan diujikan dalam Ujian Nasional. 

Kurikulum yang padat dan ketat menuntut guru untuk mengejar penyelesaian materi tepat waktu, yang akhirnya membatasi ruang untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih eksploratif dan mendalam.

Selain itu, tekanan eksternal juga menambah dilema yang dihadapi guru. Harapan dari pemerintah, tuntutan orang tua, dan tekanan dari masyarakat untuk meraih hasil ujian yang tinggi sering kali membuat guru merasa berada dalam situasi yang sulit. Mereka merasa harus memilih antara memenuhi standar nilai yang diharapkan atau memberikan pengalaman belajar yang lebih menyeluruh bagi siswa. 

Dilema ini menunjukkan bahwa, meskipun guru memiliki komitmen yang kuat untuk mengajar demi perkembangan siswa, realitas tuntutan ujian membuat mereka sulit mewujudkan tujuan tersebut secara optimal.

Alternatif Pendekatan Pembelajaran yang Seimbang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun