Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

UN, Benarkah Guru Lebih Suka Mengajar untuk Ujian daripada untuk Siswa?

11 November 2024   20:27 Diperbarui: 14 November 2024   21:05 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengajaran seperti ini sering kali mengesampingkan eksplorasi materi secara mendalam, yang berpotensi membuat siswa hanya menghafal tanpa benar-benar memahami konsep. Akibatnya, siswa kurang diberi kesempatan untuk berpikir kritis, berinovasi, atau memahami relevansi materi pelajaran dalam kehidupan nyata.

Ketiga, Kekhawatiran Guru tentang Penilaian. 

Penilaian kinerja guru sering kali dikaitkan dengan hasil Ujian Nasional siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai UN yang rendah bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap kualitas pengajaran guru atau sekolah, bahkan memengaruhi reputasi sekolah di mata masyarakat. 

Oleh karena itu, guru merasa harus mengarahkan pengajaran mereka untuk mempersiapkan siswa menghadapi UN agar nilai mereka tidak hanya mencerminkan kemampuan siswa, tetapi juga kinerja guru. Hal ini membuat banyak guru merasa berada dalam dilema antara memenuhi standar nilai atau memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.

Pengaruh-pengaruh ini menunjukkan bahwa keberadaan Ujian Nasional dapat mengarahkan metode pengajaran guru ke arah yang berorientasi pada ujian, sering kali dengan mengorbankan tujuan pendidikan yang lebih luas, seperti pengembangan keterampilan berpikir kritis dan karakter siswa.

Sumber: istock
Sumber: istock

Dampak Pembelajaran Berorientasi Ujian terhadap Siswa

Nah, bagaimana dampaknya terhadap siswa di sebagian besar sekolah di Indonesia?

Pertama, Keterbatasan Keterampilan Berpikir Kritis. 

Pembelajaran yang terlalu berfokus pada persiapan ujian sering kali menempatkan siswa dalam pola pengajaran yang mengutamakan hafalan dan latihan soal. Akibatnya, siswa jarang diberikan kesempatan untuk berpikir kritis, mengembangkan kreativitas, atau mengambil inisiatif dalam proses belajar. 

Kemampuan-kemampuan penting seperti analisis, evaluasi, dan pemecahan masalah menjadi kurang terasah karena materi disajikan secara praktis tanpa eksplorasi mendalam. Pembelajaran yang berfokus pada ujian ini cenderung membuat siswa lebih reaktif, hanya mengikuti instruksi tanpa inisiatif untuk menggali lebih dalam.

Kedua, Kebosanan dan Hilangnya Rasa Ingin Tahu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun