Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bukan Hanya Suami, Bagaimana Peran Orangtua dan Mertua dalam Mencegah Baby Blues Syndrome Pasca Melahirkan?

27 Juni 2024   20:48 Diperbarui: 27 Juni 2024   20:50 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 baby blues (Foto: Freepik) 

Pengalaman melahirkan anak pertama sempat membuat saya "agak stres" karena harus tinggal berjauhan dengan suami yang bekerja di luar pulau Jawa. Tinggal di rumah orangtua selama cuti melahirkan 3 bulan terkadang ada momen saya merasa tertekan saat ibu saya mengingatkan terus untuk makan berbagai macam sayuran untuk penambah produksi ASI. Sebenarnya itu hal biasa, tetapi entah mengapa terasa berbeda pasca melahirkan. Mungkin perubahan hormon juga yang membuat saya merasa sedikit tertekan sehingga ASI yang keluar sangat minim. Alhamdulillah rasa tertekan itu berangsur pulih dalam waktu singkat karena memang saya menyadari itu adalah bentuk perhatian ibu saya.  

Kehadiran seorang bayi dalam keluarga adalah momen yang penuh kebahagiaan, namun seringkali juga menimbulkan tantangan emosional bagi ibu yang baru melahirkan. Baby Blues Syndrome (BBS), atau yang lebih dikenal sebagai "kesedihan pasca melahirkan," adalah fenomena umum yang dapat mempengaruhi kesehatan mental ibu dalam minggu pertama hingga beberapa bulan setelah melahirkan. Dalam upaya untuk mendukung kesejahteraan ibu pasca melahirkan, seringkali peran suami diangkat sebagai kunci utama dalam memberikan dukungan. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa orangtua dan mertua juga memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan dukungan fisik, emosional, dan praktis kepada ibu. Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang bagaimana peran orangtua dan mertua dapat secara signifikan mengurangi risiko Baby Blues Syndrome serta memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi ibu baru.

Peran Suami

Peran suami dalam mendukung kesehatan mental istri pasca melahirkan sangat penting dan dapat mencakup beberapa aspek utama:

Dukungan Emosional. Suami dapat memberikan dukungan emosional yang stabil dan penyemangat bagi istri. Hal ini meliputi mendengarkan dengan penuh perhatian, mengakui perasaan dan tantangan yang dialami istri, serta memberikan dorongan dan pujian atas peran dan pencapaian baru sebagai ibu.

Partisipasi dalam Perawatan Bayi. Suami dapat aktif terlibat dalam perawatan bayi, seperti mengganti popok, memberi makan, dan bermain dengan bayi. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi beban fisik istri tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara suami dan bayi.

Membantu dengan Tugas Rumah Tangga. Selain perawatan bayi, membantu dengan tugas-tugas rumah tangga sehari-hari seperti memasak, membersihkan, dan menangani tanggung jawab lainnya dapat mengurangi stres dan memungkinkan istri untuk lebih fokus pada pemulihan dan peran barunya sebagai ibu.

Menjaga Komunikasi Terbuka. Suami dapat menciptakan lingkungan di mana istri merasa nyaman untuk berbagi perasaan, kekhawatiran, dan kebutuhan mereka. Komunikasi terbuka membantu mengidentifikasi potensi masalah kesehatan mental lebih awal dan mencari bantuan jika diperlukan.

Menyediakan Dukungan Praktis dan Finansial. Suami juga dapat memberikan dukungan praktis, seperti mengatur jadwal kunjungan medis dan menangani kebutuhan finansial keluarga. Hal ini membantu mengurangi beban tambahan yang bisa menjadi faktor risiko untuk Baby Blues Syndrome.

Dengan memainkan peran ini dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, suami dapat menjadi mitra yang kuat dalam mendukung kesehatan mental istri mereka pasca melahirkan.

Peran Orangtua dan Mertua

Peran orangtua dan mertua juga memiliki dampak yang signifikan dalam mendukung kesehatan mental ibu pasca melahirkan. Berikut adalah beberapa peran kunci yang dapat dimainkan oleh orangtua dan mertua:

Memberikan Dukungan Emosional. Orangtua dan mertua dapat memberikan dukungan emosional yang stabil dan pengertian kepada ibu. Ini termasuk mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan pujian atas peran barunya sebagai ibu, dan menawarkan bahu untuk bersandar dalam menghadapi perubahan emosional yang mungkin terjadi.

Menyediakan Dukungan Praktis. Jika diperlukan, orangtua dan mertua dapat memberikan dukungan praktis dalam bentuk mendampingi ART (asisten rumah tangga) yang membantu dengan tugas-tugas rumah tangga, memasak makanan sehat, atau menangani urusan rumah tangga lainnya. Hal ini memungkinkan ibu untuk fokus pada pemulihannya dan menjaga keseimbangan antara perawatan bayi dan kebutuhan pribadinya.

Menyediakan Pengetahuan dan Pengalaman. Berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka sebagai orang tua dapat membantu ibu merasa lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan baru yang mungkin timbul. Saran dari pengalaman mereka juga bisa menjadi nilai tambah dalam mengatasi perasaan cemas atau tidak yakin.

Menjaga Komunikasi Terbuka. Membangun komunikasi terbuka dan saling pengertian antara orangtua/mertua dan ibu sangat penting. Ini memungkinkan untuk berbagi perasaan, kekhawatiran, dan kebutuhan secara jujur sehingga masalah kesehatan mental dapat diidentifikasi dan ditangani lebih awal jika diperlukan.

Misalkan seorang ibu baru yang tinggal jauh dari keluarga inti, mengalami tantangan besar setelah melahirkan anak pertama. Dalam situasi ini, peran orangtua dan mertua menjadi krusial. Meskipun tidak berada di dekatnya secara fisik, mereka dapat secara rutin memberikan dukungan moral melalui panggilan video dan pesan teks. Dukungan emosional dan pengalaman mereka sebagai orang tua akan memberi kepercayaan diri tambahan dalam menghadapi tantangan baru ini. Melalui kolaborasi yang erat antara suami, orangtua, dan mertua, seorang istri akan berhasil mengatasi fase awal kesedihannya dengan baik dan menemukan keseimbangan yang lebih baik antara peran barunya sebagai ibu dan kebutuhan pribadinya.

Dengan memainkan peran ini secara aktif dan peduli, orangtua dan mertua dapat berkontribusi secara signifikan dalam membantu ibu mengatasi Baby Blues Syndrome dan menjaga kesehatan mentalnya pasca melahirkan.

Kesimpulannya, secara keseluruhan, peran orangtua dan mertua tidak boleh diabaikan dalam upaya mencegah dan mengelola Baby Blues Syndrome pada ibu pasca melahirkan. Dukungan emosional, praktis, dan pengalaman yang diberikan oleh orangtua dan mertua dapat menjadi penentu utama dalam kesejahteraan mental ibu. Melalui pendekatan kolaboratif dan saling mendukung antara suami, orangtua, mertua, dan ibu, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung untuk ibu baru dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan ini. Pentingnya menjaga komunikasi terbuka dan sensitivitas terhadap kebutuhan emosional ibu tidak hanya mengurangi risiko Baby Blues Syndrome, tetapi juga memperkuat ikatan keluarga dan menciptakan fondasi yang kuat untuk masa depan yang bahagia dan sehat bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun