angeun lada tanpa santan, sebuah masakan khas Banten yang menawarkan citarasa otentik dan unik.
Idul Adha, juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu momen penting bagi umat Muslim di seluruh dunia. Di Indonesia, perayaan ini identik dengan berbagai sajian istimewa yang menggugah selera, khususnya hidangan berbahan dasar daging. Salah satu kuliner yang patut dicoba adalahPengalaman pertama mencoba angeun lada adalah sebuah petualangan rasa yang tak terlupakan. Saat itu, saya sedang berkunjung ke rumah adik ipar di Banten saat Lebaran, dan dia menyajikan angeun lada sebagai hidangan utama. Aroma harum dari rempah-rempah yang kuat langsung tercium begitu hidangan tersebut dihidangkan, menggugah selera dan membangkitkan rasa penasaran.Â
Ketika suapan pertama masuk ke mulut, kombinasi rasa pedas, gurih, dan kehangatan dari berbagai rempah langsung menciptakan sensasi yang begitu memikat. Tekstur jeroan dan beberapa potong daging kerbau yang empuk dan kuah yang kaya akan bumbu membuat setiap suapan menjadi kenikmatan tersendiri.Â
Sebagai seseorang yang belum pernah mencicipi angeun lada sebelumnya, pengalaman ini membuka mata saya terhadap keunikan kuliner Banten dan kekayaan rasa yang ditawarkan oleh masakan tradisional Indonesia.
Apa Itu Angeun Lada?
Angeun lada adalah masakan tradisional dari daerah Banten yang memiliki rasa pedas dan kaya akan rempah. Dalam bahasa Sunda, "angeun" berarti sayur atau sup, sedangkan "lada" berarti lada atau pedas.Â
Biasanya, angeun lada disajikan dengan kuah yang kental dan berwarna kemerahan karena cabai. Namun, varian tanpa santan ini menawarkan keunikan tersendiri dengan tetap menjaga kekayaan rasa rempahnya tanpa tambahan santan, membuatnya lebih ringan dan segar.
Mengutip dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Angeun (sayur) Lada adalah makanan pendamping nasi sejenis gulai yang sangat khas dan popular pada masyarakat Banten, terutama di wilayah Pandeglang, Serang dan Lebak. Angeun Lada dengan bahan pokok daging Kerbau, dengan bumbu rempah diantaranya daun Walang, Honje, Cabai Merah, bawang Merangdan Kemiri. Aroma daun Walang yang khas menjadi pembeda Angeun Lada dengan sayur lainnya.Â
Rasanya cenderung pedas (lada: Sunda) serta gurih, dengan daging iris kecil-kecil sepbesar dadu, dengan lemak dan daging yang mengambang pada air sayurnya. Sayur lada merupakan makanan turun-temurun masyarakat Kabupaten Pandeglang, terutama di perkotaan.Â
Jenis masakan tersebut biasanya disajikan, baik saat sarapan, siang, maupun malam hari. Akan tetapi di pedesaan, makanan tersebut disajikan pada acara-acara selamatan mengingat bahan pokoknya merupakan barang mahal.
Angeun lada merupakan salah satu warisan kuliner tradisional yang berasal dari Banten, sebuah provinsi di ujung barat Pulau Jawa. Hidangan ini sudah ada sejak zaman kerajaan Banten, ketika wilayah tersebut dikenal sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan.Â
Sebagai daerah yang strategis, Banten menjadi tempat bertemunya berbagai budaya dan tradisi, termasuk dalam hal kuliner. Angeun lada, dengan cita rasa pedas dan kaya rempah, mencerminkan perpaduan pengaruh budaya lokal dan pengaruh dari pedagang asing yang datang ke Banten.Â