Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menumbuhkan Siswa Butuh Belajar, Bukan Wajib Belajar

4 Juni 2024   10:15 Diperbarui: 5 Juni 2024   07:32 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru memperhatikan pekerjaan anak didik dalam pembelajaran tatap muka (PTM) di SDN Klender 01, Jakarta Timur, Selasa (4/1/2022). Tercatat ada 578 anak didik di sekolah tersebut. (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Mengajar bukan hanya mengugurkan kewajiban dan terima gaji. Pendidikan bukan hanya menggugurkan kewajiban Undang-Undang, tetapi menumbuhkan sikap pembelajar sepanjang hayat. Bagaimana implementasinya di sekitar kita?

Dalam sistem pendidikan tradisional, konsep "wajib belajar" sering kali lebih menekankan pada aspek administratif dan kewajiban formal bagi siswa untuk mengikuti pendidikan. Namun, pendekatan ini seringkali tidak memperhatikan aspek mendalam dari proses belajar itu sendiri, yakni motivasi intrinsik dan kebutuhan siswa untuk belajar. 

Konsep "siswa butuh belajar" menekankan pentingnya kebutuhan dan keinginan siswa untuk belajar secara alami, mendorong keterlibatan mereka dalam proses pendidikan yang lebih bermakna dan relevan. 

Nah, bagaimana peran sekolah dalam memunculkan sikap bahwa siswa butuh belajar dan bagaimana hal ini berkorelasi dengan implementasi Kurikulum Merdeka di Indonesia? Yuk, kita simak ulasan berikut.

Konsep Siswa Butuh Belajar

Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Motivasi intrinsik mengacu pada dorongan yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu karena minat atau kesenangan pribadi. Dalam konteks pendidikan, motivasi intrinsik akan muncul ketika siswa merasa bahwa belajar adalah sesuatu yang menarik dan bermakna bagi mereka. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik berkaitan dengan dorongan yang berasal dari faktor luar, seperti nilai, pujian, atau hukuman.

Konsep "siswa butuh belajar" berfokus pada peningkatan motivasi intrinsik. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan pengalaman belajar yang relevan, menarik, dan sesuai dengan minat serta kebutuhan siswa. 

Sebagai contoh, siswa yang tertarik dengan teknologi akan lebih termotivasi untuk belajar jika materi yang disampaikan berkaitan dengan perkembangan teknologi terkini.

sumber: shutterstock
sumber: shutterstock

Peran Sekolah dalam Memunculkan Sikap "Siswa Butuh Belajar"

Lingkungan Belajar yang Mendukung

Sekolah harus menciptakan lingkungan belajar yang mendukung untuk memunculkan motivasi intrinsik siswa. Lingkungan ini harus mencakup ruang kelas yang nyaman, fasilitas yang memadai, dan atmosfer yang mendorong kreativitas serta kolaborasi. Guru juga perlu berperan aktif dalam menciptakan suasana yang positif dan menyenangkan di dalam kelas.

Pembelajaran yang Relevan dan Kontekstual

Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar jika materi yang dipelajari relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Guru harus mampu mengaitkan materi pelajaran dengan konteks nyata yang familiar bagi siswa. 

Sebagai contoh, dalam pembelajaran matematika, guru bisa menggunakan contoh-contoh yang diambil dari situasi sehari-hari, seperti perhitungan anggaran belanja rumah tangga atau perencanaan perjalanan.

Pendekatan Pembelajaran yang Variatif

Sekolah juga perlu menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran yang variatif untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa. Pembelajaran yang variatif dapat meliputi penggunaan media dan teknologi, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran kolaboratif, serta metode eksperimen dan penelitian. Dengan pendekatan yang variatif, siswa akan merasa lebih tertantang dan termotivasi untuk belajar.

Guru sebagai Fasilitator

Dalam paradigma "siswa butuh belajar", guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi utama, melainkan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan informasi dan pengetahuan sendiri. 

Guru perlu memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan yang dibutuhkan oleh siswa dalam proses belajar. Peran guru sebagai fasilitator ini akan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan kritis.

Korelasi dengan Kurikulum Merdeka

Prinsip Dasar Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka merupakan inisiatif pemerintah Indonesia untuk memberikan kebebasan lebih besar kepada sekolah dan guru dalam menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Kurikulum ini menekankan pada pembelajaran yang holistik, berpusat pada siswa, dan relevan dengan konteks lokal.

Fleksibilitas dalam Pembelajaran

Salah satu elemen penting dari Kurikulum Merdeka adalah fleksibilitas dalam pembelajaran. Sekolah dan guru diberi kebebasan untuk merancang kurikulum yang adaptif terhadap kebutuhan siswa. 

Fleksibilitas ini memungkinkan guru untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih variatif dan kontekstual, sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa akan merasa bahwa belajar adalah sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan, bukan sekadar kewajiban.

Pengembangan Kompetensi Dasar dan Karakter

Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pengembangan kompetensi dasar dan karakter siswa. Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada penguasaan materi akademik, tetapi juga pada pengembangan keterampilan hidup, nilai-nilai moral, dan karakter. Dengan fokus yang lebih luas ini, siswa akan merasa bahwa pembelajaran yang mereka jalani memiliki makna dan relevansi yang lebih besar bagi kehidupan mereka.

Pendekatan Proyek dan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pendekatan proyek dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) yang diusung oleh Kurikulum Merdeka juga sejalan dengan konsep "siswa butuh belajar". 

Dalam pendekatan ini, siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah nyata yang ada di sekitar mereka dan mencari solusi melalui proyek yang mereka kerjakan secara kolaboratif. Proses ini tidak hanya meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata dan bermakna.

Implementasi di Sekolah

Pelatihan Guru dan Pengembangan Profesional

Untuk mengimplementasikan konsep "siswa butuh belajar" dalam kerangka Kurikulum Merdeka, sekolah perlu memberikan pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru. 

Guru harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang variatif, relevan, dan kontekstual. Pelatihan ini juga harus mencakup cara-cara untuk membangun lingkungan belajar yang mendukung dan peran guru sebagai fasilitator.

Kolaborasi dengan Komunitas

Sekolah juga perlu menjalin kolaborasi dengan komunitas lokal untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Kolaborasi ini bisa berupa kerja sama dengan dunia industri, perguruan tinggi, atau organisasi masyarakat dalam menyediakan kesempatan belajar di luar kelas, seperti magang, kunjungan industri, atau proyek kolaboratif. Dengan demikian, siswa dapat melihat langsung relevansi dan aplikasi praktis dari apa yang mereka pelajari di sekolah.

Penilaian yang Berfokus pada Proses

Penilaian dalam Kurikulum Merdeka juga harus berfokus pada proses belajar siswa, bukan hanya pada hasil akhir. Penilaian formatif yang dilakukan secara kontinu akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang perkembangan belajar siswa. Penilaian ini juga bisa menjadi alat bagi guru untuk memberikan umpan balik yang konstruktif dan mendukung motivasi belajar siswa.

Kesimpulannya, peran sekolah dalam memunculkan sikap bahwa siswa butuh belajar, bukan hanya wajib belajar, sangat penting dalam menciptakan pengalaman pendidikan yang bermakna dan relevan bagi siswa. 

Dengan mengadopsi prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka, sekolah dapat memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam pembelajaran, mengembangkan kompetensi dasar dan karakter siswa, serta mengimplementasikan pendekatan pembelajaran yang variatif dan kontekstual. 

Dengan demikian, siswa akan merasa bahwa belajar adalah sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan, bukan sekadar kewajiban yang harus dipenuhi. Melalui upaya kolaboratif antara sekolah, guru, dan komunitas, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih berpusat pada siswa dan mampu memenuhi kebutuhan belajar mereka secara holistik.

Sulitkan ini diwujudkan? Mungkin saja. Bisakah diwujudkan? Harus bisa. Tugas siapa? Semua punya peran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun